Deandra duduk tegang di tempatnya sesekali meremas rok hijau pupus yang ia kenakan. Di depan ruangan Dangrup sedang mengantri lima pasangan dengan pakaian yang sama dengannya. Di dampingi pasangan masing-masing yang berada di dekat mereka sesekali tegang menghafal kertas di pangkuan.
Berbeda dengan dirinya yang sudah hafal di luar kepala, alias lupa. Karena yang wajib ia hafal ada tunjangan dan PIN ATM milik Arya, itu adalah hafalan wajib yang di katakan oleh mama mertuanya.
Pokoknya itu wajib, jaga-jaga kalau Arya lupa kan?
Ya begitulah kata Rita seminggu yang lalu. Jelas saja Deandra mudah mengingatnya.
Dan sekarang dirinya hanya bisa berdiam diri di kursi. Karena Arya sedang mengurus isi perutnya yang meronta ingin keluar, alias sedang berada di kamar mandi.
"Ijin mbak? Calonnya di mana?" Tanya seorang perempuan yang memakai seragam sama dengannya. Deandra terkesiap melihat perempuan itu, wajah baby face? Kenapa bisa seimut itu ya, di tambah kacamata yang sama dengannya.
"Oh, di toilet mbak."
Dengan ramah perempuan di sampingnya itu mengulurkan tangannya, "ijin mbak, nama saya Kirana."
"Deandra," lalu menoleh ke sekitar, "jangan pakai ijan ijin mbak, aku nggak enak dengarnya." Lalu terkekeh pelan setelah mengatakan itu.
"Ah, maaf. Saya grogi mbak, sekalian latihan juga." Deandra tersenyum mendegarnya, memang nampak dari raut wajah gadis ini terlihat cemas.
"Yang tenang ya, minta semangat aja dari Om nya." Melirik seorang laki-laki berseragam PDH dengan tiga strip merah di lengannya. Seorang prajurit kepala atau yang sering di sebut Praka. Laki-laki itu sedari diam namun nampak menggengam tangan Kirana dengan hangat.
Kirana tadi ikut tertawa mendengarnya, "makasih ya mbak, ngomong-ngomong aku boleh tanya?"
Deandra mengangguk pelan.
"Mbak ini anak FMIPA UNS bukan? Aku pernah lihat mbak jalan sama taruna pas di kampus."
Deandra terkaget mendengarnya, "iya, kok tahu. Kamu anak UNS juga, fakultas apa?"
"FK mbak, sekarang lagi koass." Jawabnya lalu tersenyum lagi membuat Deandra membeku di tempat.
Kenapa? Kenapa? Jelas dia kaget, tapi juga terharu. Cinta itu begitu hebat jika bertemu dengan orang yang tepat. Ya seperti kekagetannya sekarang ini.
Deandra hendak bertanya lagi namun Arya sudah datang dan duduk di sampingnya. Membuat jarak antara dirinya dengan Kirana.
"Ijin Pasi!"
Serentak para prajurit yang ada di situ menegur Arya yang baru saja datang. Laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyum singkat dan mengangguk.
"Lama banget ya?" Tanya Arya dengan kedua tangannya membenarkan baret merah di kepalanya.
Gadis itu hanya mengangguk pelan lalu membuka ponselnya. Sebuah deretan nomor yang luput ia hafal, karena malas saja. NRP laki-laki itu,
"Padahal kamu bisa buka cincin yang kamu pakai tiap hari kalau niat hafalin."
Tak lama keduanya sudah duduk diam menghadap sang komandan Grub 2 Kopassus. Pertanyaan-pertanyaan yang Deandra pikir akan berisi hafalan yang ia hafal, ternyata tidak ada. Perbincangan di ruangan ini malah berisi pertanyaan tentang kabar kedua orang tua mereka.
"Deandra yakin sama Kapten Arya? Bukannya kalian itu sudah adik kakak dari kecil."
Siapa sangka, seorang perwira pertama yang dulu Deandra kenal malah mengenakan baret merah dan menjadi komandan di satuan Arya. Komandan di depannya inilah salah satu orang yang menemukannya pulang menangis saat di bully dulu.
![](https://img.wattpad.com/cover/287445194-288-k945570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gambuh
Romance"Lalu apa, jangan buat aku benci diriku sendiri karena kamu pergi dari ku Ra." "Aku cuma ngerasa kalau aku nggak guna kali ini. Kamu curhat sama aku tapi aku sendiri nggak tau harus kasih saran apa ke kamu. Karena kalaupun aku kasih saran ke kamu...