Wolulikur ½

208 17 0
                                        

"Ra, segawon itu apa?" Tanya Gelis yang langsung membuat Deandra mengangkat kepalanya.

"Loh, kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu weh?"

"Ya nggak papa, soalnya tadi ada maba yang tetiba di panggil segawon gitu sama kating eh malah bilang makasih."

"Wah, nggak bener itu orang. Kamu mau tau artinya apa nggak Lis?"

Gelis mengangguk semangat, "udah hampir tiga tahun di sini tapi ternyata masih ada yang belum ku tahu ternyata. Padahal aku udah fasih misuh ndlogok."  Semua orang yang ada di sekitar mereka sontak menoleh saat Gelis menggemakan umpatan khas plat AD itu.

"Ngawurrrr! Dan segawon itu artinya anjing,"

"Hah? Serius kamu?!"

"Makanya kalau nggak tau tanya, nanti ada orang yang bilang 'rupamu koyo segawon' eh malah makasih." Deandra menggelengkan kepalanya setelah menjelaskan arti kata tadi pada orang Sunda itu.

"Kalau udah tau ya nggak mungkin lah, gila apa. Wong edan,"

"Ra, nanti di pindah ke laptopnya Ghea aja ya." Tiba-tiba seorang laki-laki mendatangi mereka yang sedang melemaskan badan setelah beberapa Minggu ini di pakai kerja rodi mempersiapkan PKKMB.

Deandra mengangguk, "mana laptopnya, atau flashdisk nggak papa. Aku mau pindah sekarang aja, biar nggak kepikiran lagi nanti."

"Oke, bentar ya." Laki-laki tadi mengacungkan jempolnya dan berlalu pergi.

"Hmm, Mas Enggar ganteng juga. Jawa emang manis manis ya Ren," gumam Gelis yang membuat Deandra mengangguk menyetujui.

"Cahyo ganteng juga kan?" Pancingnya,

"Wah kalau yang itu prodak gagal, nggak masuk kualifikasi mas mas Jawa nguanteng."

Laki-laki yang bernama Enggar tadi datang dan membawa laptop serta flashdisk di tangannya. Duduk lesehan di lantai ruangan sekretariat bersama pengurus BEM yang lain.

"Mas, udah ada kandidat presma belum?" Tanya Gelis sambil membantu Deandra memindah file ke dalam Google Drive.

"Ada tiga, kalau mau nambah lagi monggo. Siapa tahu kamu mau ikut,"

Gelis menyilangkan kedua tangannya didepan dada, "no, no, no, ogah deh Mas. Aku mau minta inpo pergerakan aksi aja." Katanya dengan menaik turunkan dahinya.

Mendengar kata pergerakan Deandra ikut mengangkat kepalanya.

"Nanti rapat dulu kalau yang itu, sambil nunggu aliansi BEM lainnya juga. Soalnya ini perkara besar dan harus menyuarakan tuntutan yang benar juga."

"Aku ikut boleh?" Tanya Deandra tiba-tiba,

Enggar dan Gelis menoleh bersamaan ke arah Deandra, "kamu serius mau ikut desak-desakan kek gitu Ren? Mending nggak usah, tugas dokumentasi biar di back-up sama yang lain."

"Kenapa? Kalau mau ikut juga bebas, ini kan hak menyuarakan pendapat." Enggar, sang Presma tersebut menyuarakan pendapatnya.

"Masalahnya Mas, Deandra ini punya ass," belum sempat melanjutkan kalimatnya, Deandra sudah terlebih dahulu mencubit pahanya, "anu, Deandra mau pengajuan judul skripsi."

Selepas mendengar hal itu Enggar menatap Deandra kaget, "loh, kamu mau nyaingi aku nih ceritanya Ra?"

"Ya nggak gituuu juga kok Mas, cuma persiapan aja. Tapi serius nih, aku mau ikut. Gemes banget lihat carut-marut keputusan sepihak kaya gini, lagian yang pegang kamera buat dokumentasi cuma dua orang. Kalau aku nggak ikut minus dong," katanya lalu beralih lagi ke laptop,

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang