Pitulikur

152 19 0
                                    

"Ngopo cah loro kuwi?" Tanya sang kakung saat melihat dua cucu nya-------Cahyo dan Deandra yang baru saja datang malah duduk termenung di balkon lantai dua vila menghadap hamparan perkebunan sayur.

Egi yang kebetulan lewat membawa baskom pun melirik putri dan keponakannya, "masalah ati paling Kung, wis ben sik." Lalu merangkul bapaknya yang sudah sepuh itu untuk mengikuti langkah kakinya.

Cahyo melirik Deandra yang duduk malas di beanbag. Wajah gadis itu suram sekali sampai rambutnya berantakan, "Uti di mana, aku mau minta potong rambut lagi." Gumam Deandra pada akhirnya,

Cahyo mendecih, "ngger ono masalah kok potong rambut."

"Wak, mau bantu aku nggak?" Tanya Deandra setelah itu sambil mengupas telur rebus yang di suguhkan oleh Uti nya, dia perlu banyak asupan protein.

"Bantu opo?" Jawab laki-laki itu malas dan semakin merebahkan tubuhnya di beanbag berbentuk jambu.

"Ketemu Dipta, Faisal tai. Aku nggak boleh ketemu sama Dipta, tadi,"

"Tadi ngopo?"

"Aku ketemu sama Devandra, ternyata Dipta udah ngikuti aku dari kampus. Dan kayaknya Dipta marah, aku panggil sampai tarik tangan e ra nggagas wong e, terus minta waktu buat sendiri."

"Nesu? Opo cemburu?"

"Kabeh," lalu membuang napasnya kesal, "aku takut kalau dia nggak percaya aku lagi, jarang ketemu tapi sekali ketemu Minggu ini kartu AS ku malah hampir kebuka semua."

"Makane jadi orang jangan sok misterius,"

"La aku udah terlanjur ngelakuin semuanya Yo, nggak mungkin to kalau aku tiba-tiba bilang dan jujur semua ke Dipta. Yang ada malah dia makin marah sama aku,"

Cahyo melirik sepupunya, "kalau pakdhe acc aku buat bantu kamu, aku siap. Tapi kalau pakdhe nggak acc yo wis aku ndak bisa Mbak."

Lalu setelah itu Bu Egi, alias Nuraeni lewat dan menemukan putrinya. Ia juga samar-samar mendengar percakapan kedua pemuda tadi, "bantu aja Le," ucap sang ibu lalu duduk bersama di beanbag bersama Deandra.

Deandra yang mendengarnya pun memeluk manja bundanya, "makasih udah di kasih waktu sama Dipta,"

Nuraeni mengelus kepala putrinya pelan, "Halah wiss rapopo, yang penting kamu harus tau gimana kamu seharusnya. Karena dari awal ayah udah bilang ndhuk,"

Deandra mengangguk dan menghela napasnya kembali, "tapi, kalau aku nggak bisa gimana? Aku nggak bisa pisah sama Dipta,"

"Bisa, kalau kamu tahu siapa yang bakal gantikan Dipta nanti. Nggak bisa karena waktu belum kasih kamu jawaban. Tapi kalau seandainya memang Dipta jodohmu, bunda bakal dukung apapun pilihan mu. Karena selama ini bunda nggak tahu gimana kamu kan, makanya bunda mau kamu pilih yang terbaik menurut kamu."

"Terus aku piyeeeee?" Seseorang yang sedari tadi nyempil di antara ibu dan anak itu kini protes.

"Oalah ngopo to Le?" Nuraeni kini beralih ke ponakannya itu,

"Mosok pacar ku nggak bisa di ajak LDR toooo," kesalnya dan kekesalan itu akhirnya bisa runtuh saat mendapatkan telinga.

"Mayang?" Tanya Deandra yang di anggukki cepat oleh Cahyo,

"Pacarmu yang dari Mangkunegaran Le?"

Lagi-lagi Cahyo mengangguk, "kayaknya aku nggak bisa lanjut lagi sama dia, mana dia anak tunggal lagi."

Nuraeni mengangguk, "ya kalau menurut budhe baiknya gitu, wong kalian sama sama anak nomer satu yo sama-sama atos e. Mau tak carikan nggak Le? Kriteria mu yang kalem kalem gitu kan?"

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang