Rolas

161 17 0
                                    

Satu semester berlalu di kelas sepuluh. Hari ini hari pertama di semester yang baru akan di mulai. Tepatnya di kelas sepuluh MIPA 4 yang sedang riuh gaduh para siswa siswi. Bagi kelas sepuluh masa masa kelas awal masih di pakai untuk berkenalan walaupun sudah satu semester tetapi bagi beberapa orang masih belum cukup untuk mengetahui sifat seseorang. 

Apalagi bagi pemuda yang kurang suka dengan teman baru seperti Deandra misalnya. Gadis itu baru memiliki dua orang teman dekat walaupun sudah kenal hampir semua orang di kelas nya. Gadis itu juga yang di perhatiankan oleh Dipta, seorang anak yang paling mencolok di kelas nya. Hampir setiap hati laki-laki itu berangkat telat, tak pernah mengerjakan tugas dan sering juga membentak guru. Sampai ada beberapa siswa perempuan yang enggan dekat dengan Dipta walaupun memiliki tampag yang rupawan.

Tetapi bagi para laki-laki, seburuk apapun sifatnya mereka tetap nyaman saja. Selagi tidak merugikan mereka akan enjoy saja. Beda dengan perempuan yang katanya memiliki sejuta gengsi itu. Mereka akan langsung menjauh dari orang-orang yang bermasalah seperti Dipta.

Sampai suatu waktu Deandra sedang berkumpul bersama dua temannya di kelas yang sepi karena semua orang keluar dari kelas.

"De? Beneran nggak mau ke kantin? Kalau gitu kita keluar bentar yo? Nitip opo kowe?" Tanya salah satu teman bernama Linda dengan rambut panjangnya yang di kuncir.

"Susu kotak satu, sama kerapuuuuu." Lalu menyerahkan dua lembar uang lima ribuan pada temannya itu.

Lalu hanya tinggal Deandra yang kini menelangkupkan kepalanya di meja. Ia sedang mager karena baru saja mendapatkan tamu bulanan, pagi tadi saat istirahat pertama. Sebelum sebuah benda di tubrukkan kecil pada meja nya dan seseorang menggeser kursi ke arahnya.

Mata Deandra mengernyit saat menemukan Dipta di sampingnya dan sebuah susu kotak berwarna biru muda khasnya itu yang tak tanggung tanggung 1 liter di mejanya serta ricebowl berisi sayuran serta chicken katsu di dalamnya.

"Buat apa?" Tanya Deandra bingung pada Dipta di sampingnya.

"Buat kamu, di makan gih. Nggak ada racunnya kok," kalimat itu ialah kalimat terpanjang Dipta jika bicara pada perempuan di kelasnya dan yang pertama di ucapkan pada Deandra.

Deandra masih diam menatap dua makanan itu, sampai Dipta tersenyum kecil dan membuka segel susu dan mengambil cup kecil yang ia bawa di tas nya, "makan aja nggak papa, beneran."

"Beneran nggak ada racunnya?" Tanyanya lagi ragu, bisa saja kan sudah di taburi obat bius agar dia tidur dan tidur sadar lalu tiba-tiba dia sudah ada di, baiklah tidak se liar itu.

"Iya,"

Dengan ragu ia mulai menyendok nasi dan ayam yang menggoda itu. Ia lapar, apalagi ini sudah jam setengah dua tepat di mana istirahat ke tiga di langsungkan. Karena sejak istirahat pertama ia tak keluar kelas kecuali ke kamar mandi. Hingga nasi habis Dipta masih ada di kursi sambil memainkan ponsel mahalnya. Cukup tujuh menit sampai nasi itu habis dan belum ada tanda manusia yang datang ke kelas. Walaupun beberapa orang mengintip dari jendela atau pintu yang terbuka lebar.

"Eh kosik, kowe ngopo ngei aku koyo ngene?" Kagetnya setelah nasi itu habis dan logika nya kembali semua, tak ada mendung tak ada petir Dipta memberi nya makanan?! Ternyata lapar membuat otaknya tidak bekerja.
[Bentar, kamu kenapa ngasih aku kaya gini?"

"Tolong save back nomor ku ya," lalu pergi setelahnya,

Sejak kejadian itu, setiap tidak ada orang di kelas atau saat Deandra sendiri pasti ada Dipta yang mengikuti nya. Awalnya dia merasa aneh, tapi lama lama ia terbiasa dengan kehadiran Dipta. Karena Dipta sendiri pun sadar diri bahwa ia si manusia pembuat onar tak pantas dengan Deandra.

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang