Telungpuluh Pitu

189 19 2
                                    

Malamnya di kediaman Anang, Deandra nampak sibuk dengan panggilan dari kekasih nya di Magelang.

"Mungkin bentar lagi ada Makrab, kamu ikut ya. Kan sekarang kamu udah agak longgar, nggak kaya dulu pas kuliah."

"Boleh Dip, tapi jangan dadakan ya kalau ngabari. Biar aku bisa siap-siap, nggak malu-maluin kamu." Ucapnya lalu duduk di kursi teras.

"Siap. Bulan depan Deandra siap jadi Bu guru?" Guraunya di ujung sana yang membuat Deandra mengerucutkan bibirnya.

"Siap nggak ya, kalau otakku kalah sama mereka di klub olimpiade gimana Dip?"

"Dih nggak ada, pacarku kan pintar....siap duluan saja bapak..." Lalu suara menjadi samar, Deandra menjauhkan ponselnya, "aduh lagi enak-enak pacaran malah di ajak keluar, nanti di sambung lagi ya Ra kalau masih ada waktu. Di puas-puasin liburannya."

Lalu telfon terputus membuat Deandra memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket. Udara yang dingin ini membuat gadis itu mengenakan jaket tebal milik Arya. Padahal rumah Gatra ada di kota tapi kenapa udaranya sedingin ini,

"Telponan sama siapa Ren?" Tanya Gatra yang kini ada di sebelahnya dengan membawa segelas teh hangat lalu memberikan nya pada Deandra.

"Kamu susah susag bawa kaya gini," gerutunya namun menerima gelas itu, "sama Dipta,"

"Pacarmu?" Tanya Gatra yang di anggukki ragu oleh Deandra, "lah Bang Arya? Bukannya kalian udah,"

Deandra menarik kursi roda itu agar Gatra duduk menghadapnya, "aku sama Dipta pacaran dari SMA sementara Mas Arya baru ketemu lagi pas aku udah kuliah malah pas semester akhir. Dipta itu sama kaya kamu, semula dia temen deket gitu di sekolah. Temen ku nggak banyak tau gara-gara banyak gosip kalau aku suka cari perhatian, pernah di bully juga di SMA, hehe. Jadi gimana caranya aku bisa lupa sama Dipta gitu aja,"

Alis Gatra menukik, "nggak bisa gitu dong Ren, kamu harus milih salah satu. Karena kalau kamu kaya gini namanya kamu maruk, egois. Kasihan mereka. Tapi kalau aku boleh kasih saran, pilih Bang Arya aja deh."

"Kalau temannya Dipta tahu pasti dia juga bakal bilang 'pilih Dipta aja deh'." Lalu menghela napasnya pelan,

"Asmamu nggak kambuh kan kalau kena udara dingin? Kalau iya mending masuk Ren,"

"Aku nggak tahu, tapi sejauh ini aku jarang kambuh gara-gara udara dingin."

"Selama tinggal di Solo sering kambuh nggak?"

"Waktu SMP sama SMA aman aman aja. Paling kalau kambuh cuma ringan, di kasih setengah salbutamol sembuh. Tapi semenjak aku kuliah dua kali di rawat inap. Dan yang kedua itu gara-gara aku ikut demo tapi untungnya di selametin Mas Arya, itu juga kali pertama aku ketemu lagi sama Masaya."

Gatra terkekeh, "mau bunuh Bang Arya ya kamu? Sekalinya di suruh nemuin malah harus lihat kamu drop. Jangan lagi lagi ya, di sayang badannya, jangan capek-capek kalau aktivitas apalagi habis ini kerja. Sewajarnya aja,"

"Kalau nggak lupa ya," lalu ikut tertawa.

Sebuah sorotan cahaya menyinari teras redup yang mereka tempati. Motor Scoopy yang di kendarai seorang perempuan lali turun ke dan berjalan ke arah mereka. Perempuan berambut

Messy hair, dengan tinggi sekitar 155 membuatnya terlihat manis. Hey siapa dia,

Gatra membalikan kursi rodanya dan tersenyum tipis pada perempuan itu,

"Aku ketemu sama bapak ibuk dulu ya Tra," ujar gadis itu lalu masuk ke dalam rumah sementara Gatra berputar kembali menghadap Deandra.

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang