Selawe

141 18 1
                                    

Apakah kalian pernah di marahi seseorang? Atau bahkan banyak orang yang memarahi bahkan membenci? Lalu bagaimana rasanya jika di marahi? Sedih? Kecewa? Kesal? Atau bahkan dongkol? Tapi seburuk-buruknya di marahi, paling tidak enak adalah di marahi di depan banyak orang yang rasanya seperti di permalukan dan di jatuhkan di waktu yang sama. Dan di marahi waktu makan.

"Ren, jujur aku ini nggak suka kalau kamu pacaran sama Radipta. Dia bisa aja bawa kamu dalam masalah Ren, lihat saja keluarga nya. Kamu kira Abang nggak tau kalau keluarga Dipta itu kacau kaya gitu?"

Deandra yang baru saja pulang dari rumah sakit hanya makan dalam diam di meja nya. Mendengar Faishal yang sekarang mencela cela Dipta dan rasanya membuat dadanya kembali sesak.

"Apa dia nggak punya rumah sampai dia ke sini terus? Minggu ini sampai Dipta pulang mending kamu di rumah aja, nggak usah ketemu Dipta dulu. Kalau ke kampus nanti di antar," 

Mulanya Deandra hanya menganggap itu bualan Abang nya saja. Sampai ia hanya diam dan mengabaikan hal itu. Setelah berusaha menghabiskan seperempat makanan di piring lalu meminum obatnya tanpa melihat Faishal. Lantas melenggang pergi ke kamar untuk meminta maaf pada Dipta atas perkataan Abang nya kemarin.

Namun yang ia tak menemui ponsel miliknya di mana mana. Padahal ia sangat ingat meletakkan ponsel nya di meja belajar sebelum makan tadi. Dan ia sangat yakin jika ponsel nya kini di pegang Faishal. Jalan satu satunya ia harus membuka akun media sosial dari laptop. Membuka aplikasi Instagram atau telegram yang ada di web.

Namun belum sempat ia membuka aplikasi tadi Faishal sudah kembali masuk ke dalam kamar dan mulai berbaring di sampingnya.

"Aku tidur di sini," ujarnya membuat urung kegiatan membuka web Instaggram.

"Mana ponsel ku?" Pintanya dengan menutup Legion yang ia pangku.

"Tidur," lalu menarik pelan tangan Deandra dan membaringkan di sampingnya, "besok tak kasih, tapi sekarang tidur dulu istirahat."

"Aku mau telfon Dipta dulu, sama lihat tugas ku." Ucapnya jujur, lagipula ia tak bisa berbohong di depan Abang abangnya.

"Tugas apa? Bukannya tadi siang sebelum main kamu bilang sudah selesai semua dan mohon mohon biar bisa main?"

Deandra terdiam, benar tadi siang sebelum pergi dengan Dipta ia bilang semua tugasnya selesai. Semua ia lakukan agar bisa keluar dengan Dipta. Dan yang ia lakukan sekarang hanya mengangkat selimut dan tidur memunggungi Faishal.

----•••----

Pagi di rumah Kakung Narto, suasana rumah sepi dan tinggal kakak beradik itu. Semua penghuni rumah sudah berangkat ke Sekipan untuk menginap di sana. Melepas penat dari kesibukan hari. Walaupun sebelumnya mereka tak jadi pergi karena mengetahui salah satu anggota keluarga sakit tapi Deandra tak mau membuat acara itu batal. Dan ia akan menyusul nanti sore setelah kelas nya selesai.

Dan di ruang makan kini hanya terdapat dirinya dan Faishal yang sedang menyiapkan makanan. Suara air di tuang ke dalam gelas membuat Deandra melirik malas abangnya. Ia ingin tahu apa yang di buat Faishal selain menyiapkan makanan yang sudah di masak oleh bulik dan Uti nya sebelum berangkat.

"Makan dulu, habis itu minum obat." Semangkuk sayur bening dengan gelindingan bakso di dalamnya. Sementara milik Faishal terdapat sop dengan potongan rolade tanpa nasi.

"Diskriminasi," gumam Deandra menatap sengit abangnya,

Tapi Faishal dengan tenang menyodori sambal dan tahu tempe goreng ke depan Deandra. Lantas dengan santai menyuap makanan ke dalam mulutnya tanpa melihat Deandra yang hanya mengaduk makanan tadi.

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang