Rongpuluh

164 16 2
                                    

Rombongan keluarga kecil Egi langsung tiba di rumah sakit setelah di kabari jika putrinya terkena serangan asma dan korban pelecehan. Seorang bapak itu nampak cemas karena mendengar kabar yang tak sedap menimpa putrinya.

Sampai di depan rumah sakit mereka turun dengan tergesa-gesa dan menuju brankar UGD. Tetapi sebelum itu netra Egi melihat seseorang pemuda dengan seragam kepolisian yang berdiri di depan pintu.

"Kamu duluan aja Nyi," suruhnya pada pada sang istri lalu menghampiri polisi tadi.

Egi menatap sengit laki-laki di depannya dan berjalan ke arah parkiran ambulans yang sepi di ikuti Devandra di belakangnya. Sampai di tempat, Egi hanya memandang dan meminta penjelasan tentang kronologi yang menimpa putrinya,

"Sekali lagi saya minta maaf Ndan dan saya juga minta maaf Om." Lalu menunduk di depan seorang Jenderal bintang dua itu, berbeda jauh dengan ayahnya yang kini masih menyandang tiga melati padahal hanya berbeda satu letting dengan ayah Deandra.

"Kejadian malam ini bukan salah kamu, tapi trauma Deandra yang muncul malam ini semua gara-gara kamu." Lalu menatap Devandra dari bawah sampai atas di mana ia menggeleng-gelengkan kepalanya, "bagaimana kamu bisa jadi kaya gini sementara kamu dulu hampir saja bunuh anak orang."

Devandra hanya diam dan mendengar kalimat yang seharusnya ia dengar sejak dulu. Tapi mungkin dulu ia terlalu sombong dan angkuh sampai telinganya tertutup. Namun kali ini, ia sudah kehilangan penutup telinga itu, ia merasa malu.

"Kamu nggak tau kan gimana Deandra setelah itu? Dia nggak mau sekolah sampai lulus SD, hidupnya hanya di rumah karena dia takut ketemu teman-teman yang kamu racuni itu?" Sindirnya tenang dengan menatap dalam pemuda yang ada di depannya,

••••

Kata orang bangku sekolah dasar merupakan waktu yang menyenangkan. Mungkin saja menyenangkan, tapi tidak bagi gadis kecil yang baru saja tiba di kelasnya. Seorang gadis berkulit hitam dengan rambut pendek yang baru saja di potong membuat nya murung. Ia berjanji tak akan memanjangkan rambutnya lagi. Selepas kemarin beberapa temannya melemparkan perman karet pada rambutnya dan membuat gadis itu harus merelakan rambut panjang kesayangan di potong sangat pendek.

Ia duduk di bangku paling belakang lalu menyembuhkan tangan di dalam laci meja. Deandra tak mau memperlihatkan tangannya yang beberapa bagian terdapat nanah serta di beberapa bagian kakinya. Kulitnya juga sangat sensitif, tergores sedikit akan berdarah dan akan membuat bekas koreng di sana.

Lantas ia menghela napasnya saat satu persatu teman datang dan meletakkan tas lalu keluar untuk bermain. Berbeda dengannya yang memilih diam di kursi karena untuk apa ia keluar toh ia tak memilki teman di sana. Tak ada yang mau berteman dengan dirinya karena menurut mereka Deandra adalah anak yang menjijikkan. Sering di abaikan bahkan oleh guru-guru itulah Deandra.

Hanya murid yang mencolok dengan prestasi atau segudang muka yang akan mendapatkan telinga guru nya di kelas dua. Ia juga sering merasa tak di anggap di dalam kelasnya. Hanya saja ia anggap semua itu sudah biasa sejak ia kelas satu, masih kecil tapi ia sudah di muntahi pahitnya keadaan.

Sampai bel masuk berbunyi gadis itu masih setia di meja dan menunggu guru masuk ke dalam kelas. Tetapi yang masuk bukannya guru melainkan anak kelas lima SD yang sedang berbincang dengan beberapa temannya.

"Pokoknya jangan deket-deket deh sama dia, dia itu sakit dan bisa nular loh. Jauh-jauh kalau nggak mau sakit kaya dia," ucap kakak kelas yang ia dengar samar-samar tapi ia tak tau bahwa yang di bahas adalah dirinya.

Tak lama setelah itu seorang guru perempuan masuk dan mengisi pelajaran. Awalnya memang kelas kondusif saat mengerjakan tetapi setelah waktunya untuk mengumpulkan tugas semua berubah. Desak desakan para murid di meja guru membuat Deandra mau tak mau ikut ke sana untuk mendapatkan nilai. Namanya juga anak kecil pasti tidak mau kalah cepat dengan teman-temannya, Deandra pun sebenarnya juga begitu. Sampai-sampai ada beberapa teman yang mendorongnya jatuh ke dan tersungkur ke belakang.

GambuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang