6) Belum Merasakan

19K 1.8K 225
                                    

|•|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|•|

"Kalian lagi berantem ya?" tanya Vina pada Relin yang kini tengah duduk di sofa panjang ruang keluarga bersama Elsa di pangkuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian lagi berantem ya?" tanya Vina pada Relin yang kini tengah duduk di sofa panjang ruang keluarga bersama Elsa di pangkuannya.

"Berantem? Siapa, Mbak?" tanya Relin pura-pura tak paham.

Vina mendecakkan lidah. "Kamu sama Kavi. Pasti lagi berantem, kan?"

Relin sontak saja mengarahkan pandangannya pada sosok jangkung yang sedang bicara serius dengan Jazid—kakak iparnya di ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan Relin pun tak tahu. Tapi kelihatannya cukup serius. Eh—sepertinya gak seserius itu karena Relin cukup mengetahui kalau wajah keduanya memang sudah terdesain datar seperti itu. Sebelas dua belas lah.

"Kok Mbak bisa tahu? Emang kelihatan ya?" tanya Relin sambil sesekali menyuapkan kue bolu ke mulut Elsa.

Kebetulan keluarga Kinan, Galih dan anak-anaknya tidak bisa hadir karena sedang liburan ke Singapura. Mereka tadi sempat video call untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Oma dengan janji akan pulang lebih awal supaya bisa memberikan oleh-oleh.

Vina terkekeh begitu saja. "Banget. Biasanya kalian berdua tuh suka nempel. Kemana-mana aja mesti berdua. Tapi tadi pas Mbak masuk rumah pada jauh-jauhan. Apalagi namanya kalau bukan berantem. Emang ada masalah apa sih? Jarang-jarang lo Mbak liat kalian berantem gitu."

Relin menghela napas. "Sebenarnya gak berantem sampai adu mulut gitu, Mbak. Cuman aku tuh sengaja gak mau ngomong dulu sama Mas Kavi. Habisnya tadi pagi dia bikin kesel."

"Kesel, kenapa?" kekeh Vina yang selama tiga tahun ini sudah menjelma bagaikan seorang kakak bagi Relin. Hubungan mereka semakin dekat setelah ia menikah dengan Kavi. Tak jarang pula mereka pergi bersama untuk sekedar hangout dan ke salon. Tidak lupa mengajak Kinan—iparnya yang lain kalau dia sedang tak ada kesibukan.

"Tadi pagi Mas Kavi inisiatif nyiapin aku sarapan. Dia bikin roti sama susu. Karena jarang-jarang dia begitu, ya aku seneng dong. Eh tahunya pas lihat dapur semuanya berantakan. Sampai piring keramik yang aku beli impor dari Jepang pecah. Untung cuma satu, Mbak," adu Relin berapi-api membuat Vina menyemburkan tawa kencang.

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang