26) Menyesal

27.4K 2.3K 464
                                    

"Coba aja dulu kamu nikahnya sama Mauryn pasti sekarang Oma udah punya cicit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba aja dulu kamu nikahnya sama Mauryn pasti sekarang Oma udah punya cicit."

Perkataan Oma barusan membuat rahang Kavi seketika mengetat dengan tangan terkepal erat. Raut wajah pria itu sontak berubah saat Oma lagi-lagi menyinggung hal yang sama.

"Apa bedanya? Toh mau itu anak Kavi atau Mauryn tetap aja kan Oma dapat cicit."

"Ya kan Oma maunya cicit dari kamu. Darah daging kamu," balas wanita itu. "Mau nunggu sampai kapan lagi?"

Kavi memijit dahi. "Ya Oma sabar dulu."

"Sabar, sabar. Emang Oma kurang sabar apalagi?" ucap Oma sambil menaikkan intonasi. "Kalian kok kayaknya nyepelein banget ya. Mauryn aja baru setahun nikah udah langsung isi. Lah ini udah tiga tahun masih aja belum ada tanda-tanda. Jangan-jangan firasat Oma selama ini benar."

"Oma jangan mikir aneh-aneh. Doain aja semoga kami bisa cepat dapat keturunan," balas Kavi tak ingin terpancing emosi.

"Kadang Oma gak habis pikir sama Relin yang masih bisa haha-hihi seperti gak ada beban. Emang dia gak kepengen punya anak? Jujur Oma agak kesal ngeliat dia yang selalu sibuk sama kucing, kucing dan kucing."

Perkataan Oma barusan secara tidak langsung menyinggung perasaan Kavi. Yang mengenal Relin dengan sangat baik itu adalah dia. Dan perkataan Oma barusan jelas tidaklah benar. Apa yang diperlihatkan Relin ke semua orang tentu sangat berbeda dengan apa yang wanita itu rasakan selama ini.

"Berarti Oma gak mengenal Relin dengan cukup baik."

"Maksud kamu?"

Kavi menipiskan bibir. "Yang dia perlihatkan ke kita semua tentu hanya sebagian kecil dari apa yang ia rasakan. Emang Oma berharap apa? Relin akan nangis-nangis di depan semua orang hanya karena kami belum punya anak."

"Kamu bilang apa tadi? Hanya?" sahut Oma tak habis pikir.

"Oma jangan salah beranggapan tentang kami berdua yang terlalu menyepelekan masalah anak. Karena kami sama sekali gak ada niat untuk menunda. Seperti Oma yang sangat menginginkan cicit, kami pun juga demikian," jelas Kavi dengan nada tegas dan penuh penekanan. "Kalaupun Oma merasa perlu menyalahkanan seseorang, salahkan aja aku. Jangan istriku. Kavi gak mau bikin Relin semakin terbebani oleh semua tuntutan dan ekspektasi yang selama ini Oma berikan."

"Tuntutan kamu bilang?" Pupil mata Oma sontak melebar seketika. "Oma hanya mengingatkan. Lagipula sejak kapan Oma menuntut Relin ini-itu?"

Kavi mencoba untuk menahan diri dengan melirik sekitar. Berusaha menetralisir perasaannya yang benar-benar campur aduk tak karuan.

"Tapi tadi Oma baru saja membanding-bandingkan antara Relin dengan Mauryn. Dua orang yang jelas-jelas berbeda."

"Itu bukan membandingkan tapi berandai-andai. Belum tentu juga Oma menginginkan hal serupa terjadi," ucapnya membela diri.

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang