"Astaga kok malah kamu yang bawa. Sini biar Kakak aja," ucap Syahza—sang kakak ipar langsung merebut nampan di tangan Relin saat melihat wanita itu muncul dari dapur hendak menuju ruang keluarga. "Mas ini bisa-bisanya nyuruh Relin buatin kopi. Dia kan lagi hamil!"
"Bukan nyuruh istriku yang cantik tapi minta tolong," sahut Reinald membenarkan. "Mas kan kangen kopi buatannya dedek," balasnya sengaja menggoda Relin dengan panggilan seperti itu.
"Dih najis!" seru Relin merasa geli sendiri. Suaminya sendiri saja tidak pernah memanggilnya seperti itu.
"Aunty kata Umi di perut Aunty ada dedek bayinya ya?" Menyadari kehadiran Relin, Kenzie—sang ponakan yang tadinya asik menggambar sontak merapat ke arah Relin. "Tapi kok perut Aunty masih kecil. Gak keliatan kalau ada dedeknya."
Relin tersenyum mendengar penuturan Kenzie. "Iya karena umur dedek-dedeknya masih kecil. Jadi perut Aunty belum keliatan gedenya. Nanti tunggu beberapa bulan lagi pasti bakal keliatan," ucapnya memberi penjelasan. Membuat anak berumur lima tahun itu sontak ber-oh ria.
"Nanti Kenzie ajak dedeknya naik sepeda. Boleh gak, aunty?"
"Boleh dong!" seru Relin antusias. "Tapi nanti Kenzie bonceng dedeknya gantian ya?
"Kenapa gantian?" Kenzie bertanya dengan polos.
"Ya soalnya dedeknya kan ada dua. Nanti kalau Kenzie cuma bonceng satu, yang satunya lagi ngambek dong. Pengen dibonceng uncle juga," jelas Relin yang membuat Reinald sontak menyemburkan kopi dari mulutnya. Begitu pun Syahza yang langsung membulatkan mata.
"Ha?"
"Ha?"
Ucap sepasang suami istri itu kompak. Membuat Relin lantas terkekeh karena keduanya sama sekali belum tahu kalau sekarang ia sedang mengandung anak kembar.
"Maksudnya apa itu?" tanya Reinald sambil menatap Relin penasaran.
"Relin, kamu..." Syahza segera merapat ke arah wanita itu dan memegang kedua pipinya. Matanya tampak berbinar senang. "Kamu hamil anak kembar?"
Relin tersenyum lebar sambil mengangguk. Membuat Syahza langsung saja memeluknya dengan penuh haru.
"Kakak seneng banget dengernya. Selamat ya," ucap wanita itu terdengar amat tulus. Walau akhirnya Relin dapat melihat bulir air mata jatuh dari kelopak matanya.
"Kak Syahza kenapa nangis?" kekehnya saat melihat kakak iparnya itu kini mulai menghapus air mata dengan punggung tangan.
"Kakak terharu aja. Perasaan baru kemarin Kakak bantuin kamu nyiapin perlengkapan buat ospek tapi sekarang kamu udah mau jadi Ibu."
Relin balas mengusap punggung Syahza lembut. Dari dulu dia memang sangat ingin punya kakak perempuan. Dan ia tak menyangka akan menemukannya dari diri Syahza. Menurut Relin wanita itu benar-benar defenisi perempuan yang sesungguhnya. Sangat lembut, hangat, feminim dan juga keibuan. Relin merasa beruntung punya kakak ipar sebaik Syahza.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Become A Wife [COMPLETED]
Romance📍SEQUEL OF SO I MARRIED A FAMOUS ACTOR?📍 Punya suami pengertian, mertua yang baik, keluarga suportif serta sahabat yang selalu ada jelas adalah impian dari semua orang. Relin beruntung karena dia termasuk satu dari sekian banyaknya orang yang bisa...