Kavi mungkin berhasil menahan niat Relin untuk pulang malam ini. Tapi tidak dengan keesokan paginya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari tapi pria itu masih saja tetap terjaga. Coba bayangkan bagaimana bisa ia tidur usai mendengar perkataan sang istri yang mengatakan kalau ia menyesal menikah dengannya. Sungguh Kavi sama sekali tak menyangka kalau kalimat itu akan keluar dari mulut Relin.
Mengepulkan kembali asap rokok yang ia hisap, Kavi tampak mengacak rambut gusar. Dia bukan perokok berat. Sesekali ia memang merokok ketika sedang memiliki masalah. Namun itu dulu sebelum Kavi bertemu dengan Relin, karena semenjak menikah dengan wanita itu ia boleh dikatakan tak pernah lagi menyentuh benda tersebut. Dibanding merokok ia lebih memilih untuk menceritakan semua masalahnya pada Relin. Walau terkadang solusi yang diberikan wanita itu sama sekali tak masuk akal dan di luar nalar, ada perasaan lega yang menyelimuti hati Kavi saat bisa membaginya dengan sang istri.
Wanita itu selalu tahu bagaimana caranya membuat ia jadi lupa dengan masalah yang ia hadapi. Bersama Relin masalah sesusah apapun jadi terasa lebih ringan. Walaupun tak jarang mereka bertengkar karena masalah sepele, tetap saja dalam tiga tahun umur pernikahan mereka baru kali ini Relin mengatakan bahwa ia menyesal menikah dengannya.
Kavi tak pernah sekacau ini dalam hidupnya. Semua tuntutan yang diberikan keluarganya pada Relin nyatanya membuat rumah tangga mereka semakin tak baik-baik saja. Kavi menyadari kalau ini semua adalah kesalahannya. Sebagai suami dia memang boleh dikatakan tak becus dalam menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Tidak salah kalau Relin mengatakan ia menyesal menikah dengannya.
Kavi kembali masuk ke dalam rumah ketika merasakan angin malam mulai menusuk tulang. Dimatikannya ujung rokok yang tadi ia hisap sebelum akhirnya berjalan menuju kamar. Rencananya ia ingin mengambil beberapa bantal dan juga selimut untuk dibawa ke sofa ruang tamu.
Awalnya Kavi pikir Relin sudah tidur. Namun saat melihat lampu kamar masih menyala, ia jadi yakin kalau istrinya itu masih terjaga di dalam sana. Menatap Relin yang tampak sibuk mengemas pakaiannya ke dalam sebuah koper besar membuat Kavi sontak mengerutkan dahi tak habis pikir. Kenapa dia harus memakai koper sebesar itu?
"Mas izinin kamu tinggal di rumah orangtuamu itu hanya untuk beberapa hari bukan selamanya. Kenapa harus mengemas pakaian sebanyak itu?" tanya Kavi sambil menahan tangan Relin yang tampak memasukkan semua bajunya ke dalam koper. Ya, semua!
Relin menepis tangan Kavi kasar sebelum menatap tajam ke arah suaminya itu. "Terus? Masalahnya dimana? Keberatan?
Kembali ia masukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Seolah tak memperdulikan apa yang barusan dikatakan oleh sang suami.
Pria itu tampak menghela napas. "Masalahnya kamu itu istriku," ucapnya menekankan. "Apa yang nanti akan dipikirkan Mami Papi saat Mas antarkan kamu ke sana dengan koper sebesar ini? Bisa-bisa mereka akan mengira kalau kita sedang pisah ranjang."
Gerakan tangan Relin tampak terhenti seketika sebelum akhirnya kepalanya berputar lurus menatap sang suami dengan tatapan sengit. "Kenapa kamu harus pedulikan apa yang nanti orangtuaku pikirkan sementara kamu sendiri gak pernah memikirkan perasaanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Become A Wife [COMPLETED]
Romance📍SEQUEL OF SO I MARRIED A FAMOUS ACTOR?📍 Punya suami pengertian, mertua yang baik, keluarga suportif serta sahabat yang selalu ada jelas adalah impian dari semua orang. Relin beruntung karena dia termasuk satu dari sekian banyaknya orang yang bisa...