Siapa yang kangen Kavi-Relin cung ☝️Kalau kalian lupa alurnya bisa baca part sebelumnya ya. Happy reading!
Pagi ini Relin sedang berjemur di depan teras rumahnya sambil meminum jus wortel buatannya sendiri. Jangan tanya bagaimana rasa jus itu. Karena Relin sendiri juga tidak tahu bagaimana cara mendeskripsikannya. Kalau boleh jujur rasanya tidak begitu enak dan sedikit aneh. Dibandingkan dengan mengonsumsinya dalam bentuk jus, Relin merasa wortel lebih cocok untuk dijadikan isian sup. Okay, stop! Karena sekarang ia jadi menginginkan sup ayam.
Relin mengelus perutnya yang masih rata dengan begitu lembut. Baru kali ini ia merasa begitu mencintai sesuatu yang ia sendiri bahkan belum pernah temui sebelumnya. Jangankan bertemu, melihat bagaimana wujud dan rupanya pun ia tak pernah. Jujur Relin benar-benar senang dengan kehadiran anak yang kini tengah ia kandung. Walau disisi lain juga menyayangkan kenapa harus terjadi pertengkaran antara ia dan sang suami di saat-saat seperti ini.
Andai saja mereka tidak bertengkar pasti semuanya tidak akan begini. Relin menyadari kalau perasaanya saat ini benar-benar campur aduk. Di satu sisi ia senang saat mengetahui bahwa ia sedang mengandung buah cintanya dengan sang suami walau disisi lain ia juga kebingungan dengan mau dibawa kemana rumah tangga mereka. Relin tidak tahu pernyataannya yang meminta pisah dari Kavi waktu itu murni berasal dari hatinya sendiri atau mungkin malah terpengaruh oleh hormonnya yang tidak stabil lantaran sedang hamil. Tapi yang pasti rasa sakit atas perlakuan keluarga Kavi padanya itu jelas terasa nyata. Terlebih saat pria yang notabene suaminya sendiri tidak ada di sampingnya untuk membelanya.
"Oma memang begitu, jangan diambil hati ya."
"Kamu kayak gak tahu Oma aja."
"Mas minta maaf kalau semisal ada perkataan Oma yang nyakitin kamu."
Kenapa alih-alih memberikan pengertian pada Oma, suaminya itu malah menyuruhnya untuk mengalah dan memaklumi sikap wanita itu. Memang kurang sabar apa lagi Relin selama ini dalam menghadapi sikap Oma. Kenapa tidak Oma saja yang Kavi suruh untuk diam dan berhenti mengurusi urusan rumah tangga mereka. Kenapa harus Relin yang harus mengalah? Kalau dia begitu menyayangi Omanya itu kenapa harus menikahi Relin. Nikahi saja Omanya itu. Benar kan?
Tanpa sadar Relin mulai mencengkram erat gelas jusnya. Hormonnya selama hamil ini benar-benar seperti rollercoaster. Kadang ia bisa merasa sangat bahagia karena hal sederhana seperti dibuatkan pudding oleh Mami atau dibelikan sate oleh Papi, tapi juga bisa berubah kesal apabila kembali mengingat perlakuan Kavi dan keluarganya padanya.
"Permisi Mbak ini benar perumahan Cempaka no 18."
Relin terhenyak saat tiba-tiba seorang bapak ojol datang sambil membawa dua bungkusan. "Iya, Pak. Ada apa ya?" tanya Relin lalu bangkit dan meletakkan gelas jusnya di atas meja.
"Dengan Mbak Relin ya? Ini ada kiriman nasi goreng buat Mbaknya."
"Ha?" Relin terheran-heran. Perasaan dia tidak memesan makanan apapun menggunakan go-food. "Buat saya? Tapi perasaan saya gak mesan apa-apa kok, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Become A Wife [COMPLETED]
Romance📍SEQUEL OF SO I MARRIED A FAMOUS ACTOR?📍 Punya suami pengertian, mertua yang baik, keluarga suportif serta sahabat yang selalu ada jelas adalah impian dari semua orang. Relin beruntung karena dia termasuk satu dari sekian banyaknya orang yang bisa...