37) Kabar Bahagia

28.6K 2.4K 309
                                    

"Sayang, boleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, boleh..." tanya Kavi dengan suara serak yang sontak saja membuat tubuh Relin merinding seketika.

Tanpa pikir panjang ia langsung menutup matanya sebagai tanda setuju. Wanita itu tidak bisa berbohong kalau saat ini ia juga menginginkan Kavi.

Namun setelah menunggu cukup lama Relin merasa heran kenapa Kavi belum juga menciumnya? Apa lagi yang suaminya itu tunggu?

"Sayang, maksud Mas boleh kamu pindah ke sana sebentar," ringis Kavi sambil menuju sisi kasur yang lain. "Kayaknya kaki Mas mati rasa."

Relin ternganga begitu saja. Jadi maksud Kavi mengatakan boleh tadi bukan untuk meminta izin menciumnya melainkan meminta izin agar Relin berpindah dari pangkuannya ke tempat lain lantaran kaki pria itu yang tiba-tiba mati rasa. Sial! Relin tidak tahu harus marah atau kecewa. Namun yang jelas ia benar-benar malu sampai wajahnya sontak memerah seperti tomat.

Segera ia turun dari pangkuan Kavi dan membawa piring serta mangkuk yang tadi menjadi bekas sup ke dapur.

"Sayang, kamu mau ke mana. Tolong bantu Mas sebentar. Ini gimana caranya biar gak mati rasa lagi."

Relin yang sudah berada di pintu kamar sontak menoleh. Ditatapnya Kavi dengan tatapan kesal sebelum akhirnya berbalik dan berdiri di depan pria itu yang tampak menahan nyeri di kakinya. Dengan tampang tak berdosa Relin segera menendang kaki Kavi hingga si empunya jadi meringis kesakitan.

"Kok malah kamu tendang!"

"Biar gak mati rasa lagi," sahut Relin datar. "Udah tua, jangan manja!" lanjutnya sebelum benar-benar keluar dari kamar. Meninggalkan Kavi dengan kakinya yang masih ia pegangi.

***

Keesokannya Relin kembali datang menjenguk Kavi. Dia tidak bisa menginap karena Mami bisa curiga kalau ia tak pulang semalaman. Sehabis menemui Kavi ia juga berencana akan pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kandungannya.

"Pagi Bu!" sapa Relin ceria pada Bu Ningsih yang baru saja membukakan pintu. "Udah sarapan belum? Kalau belum ini aku bawain lontong sayur."

"Pagi juga, Bu Relin. Wah, buatan sendiri apa beli ini Bu?" ucap Bu Ningsih antusias. "Dari wanginya aja udah enak."

"Beli dong," jawab Relin sambil tertawa. "Aku mana jago bikin lontong sayur. Selalu gagal Bu kalau nyoba bikin."

Tak ingin membuat Relin berkecil hati Bu Ningsih lantas berkata. "Tapi paling jago kalau bikin sup ayam. Saya aja kemarin sampai nambah dua piring saking enaknya."

Relin spontan tersenyum lebar. "Nanti kapan-kapan kita coba masak lontong sayur lagi ya, Bu. Kali ini aku pastiin gak bakal gagal."

Bu Ningsih spontan mengacungkan jempol. Seolah sudah merasa akrab dengan Relin yang jelas-jelas baru kemarin ia kenal. "Siap, Bu!"

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang