28) Kecurigaan dan Pengusiran

27.5K 2.3K 386
                                    

"Kesayangannya Papi, ini suamimu mau pulang lho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kesayangannya Papi, ini suamimu mau pulang lho. Gak mau salim dulu Nak? Nanti kangen Papi gak tanggung jawab ya."

Sayup-sayup suara Papi terdengar membuat Relin yang sejak tadi memilih mendekam di kamar tersentak dan segera bangkit dari kasur. Kakinya perlahan beranjak dari sana dan berjalan menuju pintu. Dengan sedikit membungkuk ia pun mulai mendekatkan telinga di sana, berusaha untuk menguping.

"Kayaknya lagi tidur. Kamu masuk aja. Pintunya gak dikunci kok," ucap Papi yang tentunya masih bisa didengar Relin dari dalam. Dia baru saja akan mengunci pintu saat suara sang suami terdengar.

"Gak usah, Pi. Kavi langsung pulang aja. Relin pasti capek."

"Dibangunin aja juga gak papa. Nanti kan habis kamu pamitan dia bisa tidur lagi," saran Wijaya yang langsung dibalas Kavi dengan senyum tipis. "Lagian emang gak papa kalau Relin gak dibangunin. Nanti kalau habis bangun dia nyariin kamu gimana?"

"Papi bilang aja Kavi udah pulang. Nanti kalau udah sampai rumah Kavi langsung telpon."

Relin semakin mendekatkan telinganya ke pintu saat suara Papi dan Kavi semakin mengecil.

"Kamu yakin gak mau nginap di sini aja?"

"Kavi masih ada kerjaan, Pi. Tapi Kavi janji besok-besok kalau udah ada waktu ke sini lagi," ujarnya memberi tahu. "Tolong jagain Relin ya, Pi."

Wijaya spontan terkekeh mendengarnya. "Kamu masih meragukan Papi. Papi udah jagain Relin selama dua puluh lima tahun sebelum akhirnya Papi menyerahkan tugas Papi itu ke kamu. Kamu gak usah khawatir. Relin aman di sini." Pria itu menepuk bahu Kavi pelan. "Papi gak tahu masalah apa yang terjadi diantara kalian berdua. Tapi Papi harap masalah itu bisa segera diatasi. Papi percaya sama kamu."

Kavi menarik sudut bibir tipis. "Kavi minta maaf, Pi."

"Minta maaf buat apa?"

"Karena belum bisa jadi suami yang baik untuk anak Papi," jawabnya membuat Relin yang mencuri-curi dengar sontak termangu. "Kavi benar-benar minta maaf."

"Defenisi suami yang baik menurut kamu itu seperti apa? Bagi Papi melihat Relin yang selalu bahagia dan tersenyum setelah menikah dengan kamu saja itu lebih dari cukup," ungkap Wijaya sambil menatap Kavi tulus. "Pertengkaran dalam rumah tangga itu biasa terjadi. Mami Papi aja yang udah tiga puluh lima tahun menikah masih sering bertengkar. Menyatukan dua isi kepala dalam satu atap itu gak semudah kelihatannya. Kalau ada masalah ada baiknya dibicarakan baik-baik. Jangan sampai dibiarkan berlarut-larut. Apapun itu Papi percaya sama kamu."

Mendengar hal itu Relin lantas berbalik dan kembali ke atas kasur. Entah kenapa air mata yang sejak tadi ia tahan kembali mengalir. Bersama dengan Kavi itu sakit, tapi jika tidak bersamanya Relin juga tak yakin bisa sebahagia sekarang. Menjadi istri seorang Kavi Abiputra itu menyenangkan apabila keluarganya tak ikut campur.

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang