Relin meneguk ludah saat Kavi kini membantunya memakai helm. Bagaimana bisa pria itu setenang itu? Bagaimana kalau nanti ditengah jalan Jazid malah menurunkannya? Atau lebih parah lagi bagaimana kalau nanti dia bawa motor ugal-ugalan. Relin takut. Walau itu rasanya gak mungkin karena semua orang sudah mewanti-wanti Jazid agar berhati-hati dalam membawa motor karena sedang membawa Ibu yang sedang mengandung.
"Mas, aku gak jadi aja deh perginya," ucap Relin jadi parno sendiri. "Mas Jazid itu dari mukanya aja udah nyeremin. Aku takut."
"Udah gak papa. Mas Jazid itu baik tahu. Dia gak mungkin celakain kamu. Masa istri adiknya sendiri mau diapa-apain. Mustahil, kan?"
Relin membuang napas kasar. Ya mungkin saja. Siapa tahu? Istrinya sendiri aja sampai babak belur apalagi istri orang lain. Relin sebenarnya ingin mengatakan itu dengan keras. Namun melihat langkah Jazid yang makin mendekat ke arah mereka membuatnya memilih untuk tutup mulut.
"Pokoknya Mas Kavi harus belajar naik motor. Aku gak mau tahu. Masa tiap ngidam harus nyuruh orang lain dulu," cibir Relin membuat Kavi terkekeh begitu saja.
"Iya, nanti kalau kamu hamil yang kedua Mas pastiin udah bisa bawa motor."
"Bener ya?" Relin memastikan.
"Iya."
Relin mengulum senyum saat Kavi kini beralih mendekati Jazid yang sudah siap dengan motor matic pinjaman dari Pak Yono-satpam rumah. Ya keluarga Abiputra memang sama sekali gak punya motor. Jadi Relin tak heran kalau Kavi tak bisa mengendarainya.
"Bawa motornya pelan-pelan aja ya, Mas. Muter-muter sini aja. Kalau anaknya minta jauh-jauh, tegur sekalian. Bilangin gak boleh. Suaminya bisa jantungan di rumah kalau sampai biarin dia lama-lama naik motor dengan perut kayak gitu," pesan Kavi membuat Jazid lantas tertegun karena tak biasanya adiknya jadi sebanyak omong itu.
"Kamu juga kalau pas motornya udah jalan pegangan sama Mas Jazid." Sekali lagi Kavi memeriksa pengait helm Relin apa sudah terkunci atau tidak.
"Iya Mas bawel banget deh," komentar Relin. Dia itu cuma mau muter-muter di sekitar sini aja. Bukannya mau mudik ke kampung halaman.
"Nurut kata Mas Jazid ya. Jangan minta yang aneh-aneh," peringat Kavi lalu membantu Relin naik ke atas motor. Aneh-aneh maksudnya seperti ingin dibawakan emas Monas atau makan-makanan menjijikkan seperti biskuit dicampur nasi.
Relin mendengus walau agak malu dengan Jazid. Kenapa suaminya itu bertingkah seakan-akan dia ini adalah anak TK yang harus diperingati dulu supaya tak berbuat macam-macam? Sudah cocok banget jadi Bapak-Bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Become A Wife [COMPLETED]
Romance📍SEQUEL OF SO I MARRIED A FAMOUS ACTOR?📍 Punya suami pengertian, mertua yang baik, keluarga suportif serta sahabat yang selalu ada jelas adalah impian dari semua orang. Relin beruntung karena dia termasuk satu dari sekian banyaknya orang yang bisa...