"Kamu mau makan apa? Atau kamu lagi ngidam sesuatu? Sebut aja nanti Mas belikan."
Relin menghela napas kasar saat mendengar Kavi yang sejak tadi mengoceh panjang lebar menanyakan apa yang kini sedang ia inginkan.
"Kamu mau apa, sayang?" tanya pria itu lagi-lagi mengulang pertanyaan yang sama. Bukankah wanita hamil itu suka ngidam?
"Aku gak mau apa-apa," balas Relin.
"Memangnya kamu gak mau makan sesuatu?"
"Aku gak selera makan," aku Relin jujur. Dia memang sedang tidak berselera untuk makan.
Dapat ia rasakan tangan Kavi kini mulai mengelus rambutnya lembut sebelum akhirnya turun ke pipi. "Tapi kamu harus tetap makan. Demi anak kita."
"Emang kamu sayang sama anak aku?"
"Anak aku?" beo Kavi keheranan. "Maksud kamu?"
"Iya anak aku," ujar Relin sambil mengelus perutnya sendiri. "Yang ada di perut aku ini?"
"Kok kamu bilang gitu sih? Anak kamu kan juga anak Mas," balas Kavi lalu ganti mengelus perut datar Relin. "Ya jelas Mas sayang."
Melihat raut wajah Kavi yang tampak tersinggung saat mengatakannya sontak membuat Relin mengulum senyum.
"Tapi kok kayaknya kamu lebih sayang sama anak Mauryn?" pancingnya membuat Kavi lantas melongo.
"Kok kamu ngomong gitu sih, sayang?"
"Soalnya tadi Mas bela-belain buat temani dia check kandungan sama belanja."
"Itu karena tadi gak ada yang nganter dia. Mas bantu Mauryn karena dia adik Mas."
"Emang harus banget Mas yang anterin dia? Kayak gak ada orang lain aja," protes Relin sambil memutar mata.
"Kamu masih cemburu sama Mauryn?"
"Buat apa aku cemburu?" Pupil mata Relin langsung melebar saat mendengar perkataan Kavi barusan.
Kavi menarik sudut bibir. "Kalau cemburu juga gak papa," bisiknya pelan sebelum kembali melanjutkan. "Nanti Mas janji akan temani kamu periksa ke dokter kandungan sekalian belanja buat perlengkapan buat anak kita."
"Anak aku!"
"Kok cuma anak kamu?" ucap Kavi tak terima.
"Ya kan aku yang hamil," balas Relin sambil menunjuk perutnya sendiri. "Kamu lihat kan baby-nya ada di perut aku."
"Gak. Gak bisa gitu." Kavi menggeleng keras. "Memang baby-nya ada di perut kamu tapi sebelum itu kita bikinnya bareng-bareng. Kamu lupa?"
Relin mengerutkan dahi. "Kapan?"
"Kalau kamu lupa Mas bisa sebutkan waktu dan juga tempatnya sekarang juga. Gimana? Masih mau ngelak?"
"Sinting!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Become A Wife [COMPLETED]
Romance📍SEQUEL OF SO I MARRIED A FAMOUS ACTOR?📍 Punya suami pengertian, mertua yang baik, keluarga suportif serta sahabat yang selalu ada jelas adalah impian dari semua orang. Relin beruntung karena dia termasuk satu dari sekian banyaknya orang yang bisa...