Extra Chapter 2

33.5K 1.7K 39
                                    

Hari ini hari Minggu yang berarti Dirga dan Erga seharian berada di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini hari Minggu yang berarti Dirga dan Erga seharian berada di rumah. Ketidakadaan Kavi karena harus melakukan promosi film di salah satu Mall yang ada di Jakarta membuat Relin harus menghabiskan waktu hanya bertiga bersama si kembar.

"Dirga Erga sarapan dulu!" seru Relin usai meletakkan dua nasi goreng di meja makan. Hari ini Mbak Yuni yang biasa membantunya sedang izin pergi menjenguk orangtuanya di kampung. Membuat Relin jadi sedikit kelimpungan karena harus menyiapkan semuanya sendirian.

Tak ada jawaban. Relin tahu betul kedua anak itu sedang merajuk karena tadi pagi saat Kavi sedang terburu-buru menaiki mobil, keduanya memaksa untuk bersepeda bersama. Semenjak dibelikan sepeda baru Dirga dan Erga memang tak bisa melewati pagi tanpa bersepeda.

Relin yang tak tahan langsung berjalan menuju kamar si kembar dan mendapati keduanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Dirga yang asik bereksperimen membuat arena balapan untuk hotweels-nya. Sementara Erga di pojok baca sibuk membolak-balik halaman buku ensiklopedi dinosaurus yang kemarin baru ia beli saat mereka pergi gramedia.

"Hey twins. Sarapan dulu yuk. Bunda udah bikin nasi goreng tuh," ajak Relin walau dalam hati mengelus dada melihat kamar keduanya kini sudah kembali berantakan. Padahal tadi malam sebelum mereka tidur semua sudah ia bereskan ke tempat masing-masing. "Dirga Erga ayo sarapan."

Keduanya tampak tak menghiraukan sama sekali. Membuat Relin lantas menghela napas. Walaupun mereka marahnya dengan Kavi—sang suami, tetap saja Relin jadi ikut kena getah dengan didiamkan seperti ini.

"Nanti habis sarapan main sepedanya sama Bunda aja ya. Gimana? Mau gak?" bujuk wanita itu membuat Dirga dan Erga diam-diam jadi berhenti dari aktivitasnya.

"Bener Bunda mau temenin?" tanya Erga memastikan. Dia kini bahkan sudah tak tertarik dengan bacaan dinosaurus-nya.

"Iya, Bunda temenin. Tapi sarapan dulu."

"Gimana mau temenin kita sepedahan kalau Bunda aja gak bisa main sepeda," balas Dirga sambil memacu hotweels-nya di lintasan. Membuat Relin ternganga seketika. Ya memang sih dia gak bisa main sepeda. Tapi kan gak perlu harus diperjelas juga.

"Ya kan Bunda bisa nemenin sambil duduk aja. Gak usah sepedahan kayak Ayah nemenin kalian. Gimana? Mau gak? Nanti kita mainnya di taman depan aja sekalian main ayunan sama perosotan." Dia memberikan penawaran.

Dapat ia lihat Dirga dan Erga bertukar pandang sejenak seolah sedang berinteraksi lewat tatapan sebelum akhirnya mengangguk.

"Mau!" ujarnya bersamaan.

"Okey, good! Ayo sarapan dulu habis itu baru sepedahan," ajak Relin membuat Dirga dan Erga segera merapat dan membalas uluran tangannya.

***

Selagi Dirga dan Erga menghabiskan sarapan mereka, Relin memutuskan untuk membereskan kamar keduanya yang entah kenapa selalu saja berantakan seperti seperti kapal pecah. Relin kadang bingung bagaimana cara keduanya bermain sampai-sampai tidak ada space rapi tersisa selain pojok baca yang memang lebih sering digunakan Erga karena Dirga tidak terlalu suka menghabiskan waktu untuk duduk diam sambil membolak-balik halaman buku.

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang