44) Boy Or Girl?

26.9K 2.2K 149
                                    

Relin mengerinyit saat merasakan cahaya matahari kini menyelinap masuk melewati tirai jendela dan mengenai permukaan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Relin mengerinyit saat merasakan cahaya matahari kini menyelinap masuk melewati tirai jendela dan mengenai permukaan wajahnya. Dia sontak menggeliat kecil dan melirik ke arah jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi. Masih dengan kondisi setengah sadar wanita itu lantas meraba kasur di sebelahnya yang sudah kosong.

Relin mengerutkan dahi kebingungan. Dimana suaminya itu sekarang? Apakah dia sudah pergi? Karena hari ini memang jadwal peluncuran film Kavi yang tayang di bioskop.

Relin merasakan punggungnya kini terasa pegal. Tidak hanya pegal ia juga merasa sesak lantaran perutnya yang semakin membesar. Bahkan beberapa hari terakhir ia tak bisa tidur dengan nyenyak lantaran kesulitan dalam mencari posisi. Seperti tadi malam contohnya. Ia baru bisa tidur pukul 1 dini hari setelah meminta Kavi untuk mengusap perutnya karena si kembar yang selalu saja aktif melakukan pergerakan di jam-jam tertentu. Biasanya anak-anak kalau sudah diusap dan dimanja oleh Ayahnya bakal lebih kalem. Ya sudah terlihat ciri-ciri anak yang kayaknya bakal lebih nurut apa kata Ayah ketimbang Ibunya.

Sebenarnya Relin merasa kasihan karena secara tidak langsung suaminya itu jadi harus ikutan begadang karenanya. Tapi mau bagaimana lagi? Bikinnya berdua jadi begadang pun harus berdua. Relin sih berdoa saja semoga Kavi tidak kesiangan dalam menghadiri premiere film-nya itu.

"Pagi, sayang. Udah bangun?"

Relin yang kini menguap kecil sontak terkaget saat melihat Kavi baru saja masuk ke kamar dengan kemeja putih polos. Jujur Relin selalu suka melihat Kavi dalam balutan kemeja. Entah kenapa proporsi tubuhnya terlihat sangat pas dan sempurna. Belum lagi rambutnya yang kini sudah disisir rapi seakan menambah kadar ketampanan pria itu. Walau biasanya juga memang sudah tampan.

"Aku pikir Mas udah pergi." Relin menjulurkan tangan ke depan. Membuat Kavi yang seolah sudah paham lantas segera merapat ke arahnya. "Suami siapa sih ini? Ganteng banget!"

Relin tersenyum dan langsung memeluk leher Kavi erat. Tak hanya itu ia juga menghadiahkan banyak kecupan di pipi, kening dan bibir pria itu. Mengabaikan fakta kalau sebenarnya ia baru bangun tidur dan berkemungkinan masih bau jigong. Tapi tak apa gas saja! Karena Kavi tampaknya juga tak menolak kalau ia cium atau lebih tepatnya suaminya itu pasrah-pasrah saja.

"Jasnya mana? Gak dipakai langsung?" tanya Relin.

"Ada sama Karina," balas Kavi menyebutkan nama sang asisten. "Nanti makenya dibantu sama stylish terus sama make up tipis-tipis."

Kavi mulai membantu Relin untuk duduk. Semenjak perutnya membesar, istrinya itu memang tidak lagi bisa bangkit sendiri dari posisi tidur. Dengan telaten Kavi juga menuangkan air ke gelas yang ada di nakas untuk Relin.

"Wih keren banget! Nanti kalau udah pap ya Mas terus kirim ke aku. Aku mau lihat gimana gantengnya suami aku nanti kalau pakai jas formal," kekehnya penasaran. Walau sudah tahu kalau pasti akan sangat tampan.

When I Become A Wife [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang