Selamat datang di cerita pertama aku! Kalo udah kebuka, jgn lupa tinggalin jejak ya, Begitu juga kalo mampir sampe akhir. Terimakasih banyak-banyak😘
Cerita ini belum pernah di revisi. Jadi kalo ada kalimat yang kurang tepat atau tidak dimengerti, harap dimaklumi. Kalo mau dikritik atau saran, boleh sekali.
Sekian
Adek bang agus.Happy reading!
.
"Hai, kak Yoongi!"
Pria yang lebih muda memanggil orang berkulit putih porselen itu dengan girangnya. Ia melambaikan kedua tangannya dengan semangat saat melihat senyuman gusi terpampang di wajah kakaknya, Park Yoongi.
Yoongi merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menyambut presensi sang adik yang berada sedikit jauh dari hadapannya.
Tak lama, dekapan hangat itu terjadi. Selalu seperti ini setiap kepulangan Yoongi dari sekolah. Tidak sedikitpun merasa bosan ketika melakukan hal yang sama berulang kali.
Yoongi sendiri juga tak merasa keberatan dengan tingkah manja adiknya itu. Ia bahkan dengan senang hati merespon hal serupa agar adiknya tak merasa diacuhkan.
"Sudah makan?" Suara berat milik Yoongi mengalun lembut di pendengaran sang adik.
Pertanyaan itu selalu muncul disaat ia baru pulang dari kegiatan sekolahnya yang semakin hari semakin sibuk hingga pulang larut.
Malam ini bahkan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Sebenarnya, sekolah berakhir pukul enam sore dilanjut dengan kegiatan ekstrakurikuler yang cukup memakan waktu lama. Jangan lupakan juga waktu tambahan belajarnya di akademi setelah ia melakukan ekstrakurikuler di sekolah.
Alhasil, ia selalu terlambat pulang ke rumah dengan tubuh yang sedikit lelah. Tapi, hal itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat adik kesayangan yang bersorak memanggilnya.
"Sudah."
Yoongi merenggangkan pelukannya dan beralih menatap netra cokelat sang adik. Ia tersenyum datar namun tidak begitu terlihat.
"Siapa yang mengajarimu berbohong, hm?"
Jarinya tergerak mencubit pelan hidung kecil itu dengan gemas. Tangannya merangkul bahu sempit sang adik dan membawanya menuju dapur.
Ia menyuruh yang lebih muda menduduki bangku yang ada di meja makan.
Yoongi melepaskan ransel di punggungnya lalu meletakkannya tepat di bangku samping adiknya yang sudah terduduk manis.
"Jadi, Jimin mau makan apa?"
Ia menggulung lengan kemeja sekolahnya hingga siku dan berlanjut memakai apron.
"Apa saja. Jimin suka semua yang kakak masak!"
Adiknya membalas dengan antusias membuat Yoongi merasa gemas sendiri. Yoongi mengangguk lalu mulai menyibukkan diri dengan semua bahan masakan yang akan ia olah menjadi makanan enak.
Park Jimin, sang adik yang lebih muda lima tahun darinya. Adik kesayangannya ini masih menduduki bangku SMP kelas satu.
Seketika raut murung tampak di wajah Jimin kala memandang presensi Yoongi yang terlihat acak-acakan sedang berkutat dengan kompor. Kakaknya sudah sibuk setiap harinya malah dibuat semakin sibuk olehnya.
"Jimin bantu ya, kak?"
Kakinya hendak menggeserkan bangku ke belakang agar bisa berdiri dan menghampiri Yoongi disana. Tetapi, suara sang kakak membuat pergerakannya terhenti.