•••
Mobil yang dikendarai tuan Park terpaksa terhenti kala melihat sekelompok preman jalanan menghadang mobilnya di jalan yang sialnya sangat sepi. Salah satunya diperkirakan ketua dari geng, mengisyaratkan dirinya untuk segera turun dari mobil.
Tentu saja pria paruh baya itu tidak menurutinya. Ia justru memundurkan mobilnya sembari terus menenangkan istrinya yang meracau cemas di sebelahnya.
"Tenanglah, sayang. Tidak akan terjadi apa-apa."
Salah satu dari mereka berlari ke belakang mobil dan menumpu sebuah batu besar pada roda sehingga mobil tersebut tidak bisa dimundurkan kembali. Bahkan di depan si ketua geng itu terus berteriak sembari memegang sebuah balok kayu.
"Turun sekarang, cepat!"
Mau tak mau kepala keluarga Park itu harus turun dari mobil. Sedikit merapalkan doa agar mereka tak berbuat sesuatu yang menyakitinya.
"Kau tunggu sebentar disini, oke? Jangan keluar," ujarnya sembari mengelus rambut istrinya.
"Diluar bahaya. Kita telpon polisi saja." Balas Sunmi khawatir. Matanya terus melihat keluar, preman-preman masih menunggu dengan wajah garangnya.
"Keluar atau kuhancurkan mobil ini!"
Songmin menatap sang istri, menangkup wajah cantik itu dengan sedikit mengelus rahangnya. "Tidak akan sempat. Mereka pasti sudah menghancurkan mobil ini sebelum polisi datang. Tenanglah disini, aku akan memberikannya uang jika itu yang mereka mau."
Songmin segera keluar tanpa menghiraukan panggilan Sunmi yang melarangnya untuk keluar.
"Lama sekali, sialan. Berikan uangmu! Baru kau bisa melewati jalan ini."
Benar saja. Uang, salah satu benda yang paling diincar jika menyangkut kejahatan seperti ini.
"Baiklah,-"
"Woah Park brengsek Songmin? Kau kah ini?" Sebuah suara diiringi tawa remeh memotong kalimatnya. Songmin mengernyit bingung dengan salah satu dari kawanan preman itu menatapnya dengan sinis.
"Kau tak mengenaliku, brengsek? Lihat ini, woah kau semakin kaya sekarang?"
"Jae, kau mengenalinya?"
"Kyun, bagaimana jika kita mengganti rencananya?"
"Apa maksudmu?"
"Menghajar dia."
Songmin semakin bingung ketika pria yang dipanggil Jae menunjuk dirinya.
"Hei kau, apa kau mengenaliku?" Tanya Songmin memberanikan diri.
Jae tertawa remeh, lalu terdiam dengan mata melirik penuh amarah. "Tentu. Kau manusia brengsek yang menghamili istriku hingga membuatnya harus mengalani kehidupan yang sangat sulit setelahnya. Brengsek sialan. Dari dulu aku ingin membalaskan dendam ini, mungkin sekarang waktunya."
Tentu pikiran Songmin lekas teringat Sora, wanita itu pasti yang dimaksud pria ini.
"Bisakah kita menghabisi dia saja, Jiwook? Nanti aku pasti akan membayar berapapun yang kau inginkan. Aku hanya ingin membalaskan dendam lamaku."
Songmin menyela dengan perasaan was-was. "Hei! Aku akan memberikan berapa pun yang kalian inginkan, tolong biarkan aku pergi."
Sang ketua menyeringai, melirik pria kaya di depan yang berbalut pakaian mahal. "Okay, berikan 50 juta won."