31

494 83 16
                                    

"Baik-baik dengan anakmu, mulailah memperlihatkan sayangmu padanya secara nyata. Maka dari itu, dirinya tidak akan pernah berniat meninggalkanmu."

"Untuk istrimu, meminta maaflah padanya. Semua ini terjadi karena dirimu. Istrimu lah yang paling tersakiti disini. Dan Jimin anakmu adalah korbannya."

"Sejak kecil dirinya terlalu dipaksa untuk mandiri. Mempunyai orang tua tapi seperti tidak punya."

"Kau memang mendidik tapi caramu salah, Songmin. Perilakumu justru akan membuat dampak buruk baginya. Entah fisik ataupun mental."

"Kejadian kemarin-kemarin sudah cukup membuatmu mengerti, bukan? Aku sudah terlalu sering mengatakannya hingga mulutku berbusa, tapi kau terlalu bodoh dengan jalan pikiranmu itu."

"Mulai sekarang tinggalkan perangai burukmu, ubahlah menjadi yang lebih baik lagi. Aku yakin kau bisa."

"Lupakan masa lalu. Ayah dan ibumu tidak akan melihatnya. Mereka sudah mati. Tidak perlu menjadi sosok yang sempurna jika kau sendiri tidak mampu."

"Jangan korbankan anakmu lagi."

"Pertama-tama ceritakan keseluruhan tentang ibu kandungnya sebelum mereka bertemu."

Songmin tercenung lama di kursi kemudi setelah beberapa menit mobil berhenti di pekarangan rumah. Berbagai kalimat pencerahan dari sahabatnya itu selalu terngiang-ngiang saat di perjalanan pulang.

Dan disamping, ada Jimin yang ketiduran. Netranya menatap anak itu sangat lama.

Seketika muncul rasa bersalah saat melihat wajah polos yang tertidur itu. Dan ingatan-ingatan yang lalu kembali berputar seperti kaset rusak. Ia beralih menatap tangannya yang bergetar.

Sebab tangan inilah yang sering ia gunakan untuk memukul sang anak. Bahkan tangan ini jugalah yang sudah berani memukul istrinya dan anaknya yang lain, Yoongi.

Songmin mengusap wajahnya dengan kasar. Rautnya benar-benar kacau sepulang dari rumah Dongseok. Pria itu sungguh hebat bisa membuatnya menjadi seperti ini.

Tiba-tiba ketukan pada jendela mobil terdengar. Songmin menoleh, mendapati istrinya diluar sana dengan tangan terlipat di dada. Sontak pria itu segera keluar dari mobil.

"Ini sudah larut, kenapa masih diluar?" Tanya Songmin menatap aneh ekspresi istrinya yang kelewat santai.

"Menunggumu. Aku ingin membicarakan sesuatu."

"Bilang saja, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Kita berbincang di dalam." Setelah itu Sunmi melenggang masuk.

Songmin menghela nafas panjang menatap punggung istrinya yang semakin menjauh. Lalu setelah itu berjalan ke pintu samping kemudi, ingin membangunkan Jimin untuk segera pindah ke kamarnya.

•••

Pagi harinya setelah siap dengan seragam sekolah, Jimin dengan semangat segera turun dari kamarnya. Ya, hari ini sekolah telah dimulai kembali setelah dua minggu libur semester ganjil.

Saat di tangga ia berpapasan dengan Yoongi yang sudah mengenakan pakaian kantornya. "Pagi kak," sapanya melambaikan tangannya.

Yoongi tersentak."Oh, ya. Pagi juga."

"Kau turun dulu aja, ada sarapan di meja makan. Kakak ke atas sebentar."

"Siap, kapten!" Jimin buru-buru melesat turun hingga Yoongi sendiri dibuat geleng-geleng kepala lantaran cemas jika kaki itu malah tersandung.

"Bersemangat sekali ya." Gumamnya.

Setelah tiba di meja makan, Jimin dibuat terheran melihat meja makan yang hanya ada satu piring nasi goreng. "Buat yang lain mana?"

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang