17

737 180 28
                                    

Vote dulu ya guys!


Kedai tersebut tampak sepi karena memang belum waktunya jam makan siang. Setelah memesan satu cup kopi americano, ia memilih berdiri sembari menunggu.

Pikirnya hanya sebentar, lagipula juga tidak ada yang mengantri.

Tak berselang lama, pesanan selesai dan dilanjut dengan pembayaran. Yoongi beranjak untuk kembali menuju kantor.

Barusaja beberapa meter menjauh dari pintu kedai, matanya menangkap seseorang yang tampak mencurigakan di depan gedung kantor.

Melangkah mendekat, Yoongi berinisiatif membuka suara hingga orang itu terkejut. "Anda.. Bae Sora?"

Wanita paruh baya itu menoleh. Menyadari bahwa sosok yang ingin ia temui sudah berada dihadapannya, membuat bibirnya melengkung lebar.

"Oh, Yoongi? Barusaja aku ingin menemuimu." Ujarnya lagi-lagi tersenyum.

Pemuda pucat bingung, "Ada perlu apa?"

"Eum sebenarnya sedikit hal pribadi, maaf jika membuang waktumu. Namun aku tidak tahu lagi bagaimana bisa menemuimu jika tidak disini."

"Anda tahu darimana jika saya ada disini?"

Sora total diam. Tidak mungkin juga mengatakan bahwa ia sudah menguntit setiap harinya. Berusaha berpikir lebih logis dalam mencari alasan.

"Hanya.. tidak sengaja melihatmu kemarin keluar dari sini. Jadi kupikir kau hari ini ada disini lagi." Ia sendiri juga mengangguk menyakinkan jawabannya sendiri.

Yoongi percaya saja, lantas mengangguk mengerti. "Ah, saya juga ingin bertanya sesuatu."

"Apa kau memiliki waktu kosong hari ini?"

Yoongi melirik jam tangan. Bergumam sembari mengangguk kecil. "Jam 6 sore nanti."

"Baiklah, jam 6 kita bertemu di kedai sana."

•••

Sejak malam itu, hari dimana Jimin mengabaikan Yoongi, kakaknya kembali bersikap seperti semula. Yoongi bahkan tidak pernah lagi memperhatikannya di setiap harinya.

Jimin sangat mengerti apa yang menyebabkan kakaknya menjadi seperti itu. Tapi tidak juga ingin meminta maaf.

Yoongi sendiri sudah tidak ingin mengungkitnya kembali. Menjaga jarak dan akan mendekat jika sewaktu-waktu ayahnya kembali berulah.

Namun beberapa minggu ini, suasana rumah tampak tenang. Tak seperti biasanya yang selalu saja diisi keributan tak jelas. Tak dipungkiri hal itu juga membuat Yoongi bernafas lega.

Tok tok tok.

Pintu kamar Yoongi berderit, sebuah kepala mungil menyembul dari sana. "Kak Yoon?"

Yoongi menyahutnya hanya dengan gumaman tak jelas. Dirinya terduduk bersandar pada kepala kasur menatap laptop. Kacamata yang menempel membuatnya melirik sejenak sosok sang adik dengan alis mengerut.

"A-aku.."

"Ada apa?" Tanya Yoongi tidak sama sekali mengalihkan netranya dari layar.

Jimin mengulum bibirnya, ia ragu mengutarakan kala melihat kakaknya yang tampak sibuk mengetik sesuatu. Raut wajahnya terlihat tidak ingin diganggu.

"Kalau tidak ada perlu, pergilah." Tambah Yoongi disaat adiknya belum juga mengeluarkan suara. Masih tetap fokus pada kegiatannya.

Jimin bergumam gugup. "A-aku mau..."

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang