16

758 175 14
                                    

Vote dulu yagesya😘


"I-ibu.. aku bahkan tidak tahu wajahmu. Bagaimana aku bisa tahu jika itu dirimu? Hiks.."

Deritan pintu kamar membuat Jimin reflek menahan isakannya namun tetap bertahan menatap lurus pada jendela. Ia sudah terlalu hafal siapa yang memasuki kamarnya saat ini.

"Jim, ayo ikut kakak."

Pelan-pelan tangan Jimin bergerak menghapus bekas airmatanya agar tidak menimbulkan kecurigaan dari kakaknya. Setelah dirasa cukup, barulah ia berbalik memandang penuh kebingungan.

"Tidak bisa, lagipula sudah waktunya tidur." Balasnya sembari merapikan buku yang berserakan di atas meja.

Tidak ada jawaban lagi dari Yoongi. Jimin pikir bahwa kakaknya itu sudah berlalu pergi setelah ia menjawab karena kamarnya sangat hening. Tiada suara sedikitpun, hanya dentingan jam di atas nakas.

Sontak Jimin menoleh untuk memastikan bahwa kakaknya benar-benar telah pergi dari kamarnya. Nyatanya ia salah. Yoongi masih ada disana, duduk di atas kasur miliknya seraya menyibukkan diri dengan ponsel. Raut kakaknya tampak serius menekan touchscreen ponsel.

Cukup lama Yoongi berada di posisi tersebut hingga tak sadar bahwa Jimin sudah berada di sisinya.

"Minggir!" Suara ketusan itu membuat Yoongi terlonjak kaget memegang dadanya lalu menoleh kaget.

"Aku mau tidur." Ucap Jimin lagi disaat Yoongi masih dalam posisinya. Belum merespon apapun bahkan belum mengubah rautnya.

Tubuh Yoongi didorong ke pinggir kasur hingga ia tak lagi menyentuh kasur. Lantas Jimin mulai berbaring nyaman diselimuti kain tebal hingga menutupi seluruh tubuhnya, menghiraukan presensi Yoongi yang tersungkur karena ulahnya.

Refleks saja pemuda pucat tersebut mengumpat setelah merasakan panas di lengannya akibat bertabrakan dengan kerasnya marmer.

"Kurang ajar sekali." Rutuknya pelan. Akibat heningnya suasana, Jimin masih dapat mendengarkannya namun ia tetap diam.

"Apa ini!"

Jimin penasaran sekali. Ucapan yang bercampur nada marah tersebut membuatnya ingin tahu apa yang kini terjadi pada kakaknya tersebut.

Pelan-pelan dirinya menyingkap ujung selimut. Hanya sedikit, hingga matanya dapat menangkap keberadaan Yoongi yang kini berdiri masih dalam posisi awal yaitu menatap serius benda kecil persegi di genggamannya.

Kepala yang awalnya hanya fokus pada ponsel tersebut mendadak tertoleh padanya. Spontan membuat Jimin terkejut reflek kembali menutup pandangannya menggunakan selimut.

"Apa lihat-lihat?" Hanya bernada biasa namun mampu membuat Jimin sedikit merasa takut mendengar kalimat tersebut. Mengingat ia dengan beraninya telah bersikap kurang ajar.

"Hei kakak tau kamu belum tidur. Ada yang ingin kakak bicarakan sebentar, keluarlah." Dan Jimin tetap bergeming di tempatnya.

Lantas selimut yang menutupi tubuh Jimin ditarik oleh Yoongi hingga terpampang raut terkejut dari pemuda tersebut.

Yoongi merasa gemas. Maka dari itu tangannya mengacak surai hitam adiknya bersamaan dengan tawa kecil. "Kenapa wajahmu begitu?"

"Ngantuk!" Jawab Jimin dengan ketus walaupun begitu ia tetap bangkit dari rebahan.

"Jimin mau ikut kakak?" Raut Yoongi berubah serius begitu kalimat tersebut terucap.

"Kemana?"

"Pindah rumah. Kita pergi dari sini sekarang juga. Kakak sudah mengurus semuanya. Kamu han—"

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang