33

466 85 8
                                    

Kalo ada typo, kasi tau ya🙏

•••

A-aku mau mati saja,"

Yoongi spontan menggeleng cepat. Terus mengusap punggung kecil yang lebih muda, mengeratkan rengkuhannya. Takut sekali jika kalimat terkutuk itu sudah muncul.

Di lain sisi Yoongi juga ingin tahu apa gerangan yang terjadi hingga membuat adiknya jadi sehancur ini. Separah apa masalah yang dihadapi adiknya saat ini.

"Tidak boleh. Kakak tidak akan pernah membiarkanmu melakukannya."

Jimin makin terisak. "K-kepalaku berisik, dadaku juga sakit sekali, kak. Apa yang harus kulakukan? Aku tak tahan lagi, rasanya seperti benar-benar ingin mati saja. Sakit.."

"Hei, lihat kakak," Yoongi melepas rengkuhan, beralih menangkup wajah kecil yang dibasahi airmata itu. Tatapan mata Jimin sangat jelas memancarkan sebuah luka dan kekacauan.

Kakak mana yang tega melihat adiknya seperti ini? Yoongi yang selalu berusaha untuk memprioritaskan kebahagiaan adiknya tapi justru ini yang terjadi. Dalam hati dirinya berpikir, 'apa aku telah gagal?'.

Pemuda pucat itu menatap sedih. Hampir saja ikut menjatuhkan airmata namun ditahan sebisa mungkin. Tugasnya hanya menenangkan, bukan mengacaukan keadaan.

"K-kak, aku sangat bersalah telah bersikap seperti itu dengan bunda. Tapi ayah melarangku untuk menemuinya. Ayah tidak ingin aku menghubunginya lagi. T-tapi aku ingin sekali.." sela Jimin sebelum Yoongi benar-benar akan mengeluarkan suaranya.

Yoongi menahan suaranya di tenggorokan ketika melihat adiknya yang kembali membuka suara. Hanya mendengarkan dengan perhatian penuh.

"A-aku sayang kalian, tapi aku juga ingin bertemu bunda. K-kepalaku jadi berisik sekali karena memikirkan antara dengarkan ayah atau bertemu bunda'. Aku bingung, semakin dipikirkan dadaku semakin sakit. K-kak tolong bantu aku.." tangisnya pecah kembali.

Yoongi dibuat terdiam tak tahu harus mengatakan apa. Namun tangannya tergerak untuk menyugar poni basah yang menutupi mata sang adik. Ia menunggu keluhan-keluhan lain keluar hingga adiknya benar-benar merasa lega.

"Setiap hari aku tidak bisa menyingkirkannya dari kepala sialan ini." Ujar Jimin memukul kepalanya dengan kepalan tangan yang kedengarannya cukup keras.

Yoongi lekas menghentikan tindakannya. "Jangan lakukan itu, kau bisa menyakiti kepalamu sendiri."

"Lalu aku harus apa untuk menghentikannya? A-aku lelah sekali harus memikirkan untuk semua, kak."

Stress. Mungkin itu yang dapat Yoongi simpulkan untuk keadaan adiknya saat ini. Mata Jimin tampak mulai sayu. Tangannya melepas paksa pegangan Yoongi dan kembali memukul kepalanya.

Yang terjadi sekarang mungkin lebih parah daripada sebelumnya. Mental adiknya dihajar habis-habisan. Dulu, fisiknya selalu terluka karena sang ayah.

Mungkin menurut Yoongi saja. Siapa yang tahu jika adiknya juga pernah mengalami tekanan mental? Jimin tidak pernah mengatakan apa-apa padanya. Ingat, mereka dulu tidak akur.

"Sudah, ya. Jangan seperti ini lagi, kakak mohon." Yoomgi kembali menahan tangannya. Kembali merengkuh sang adik, kali ini lebih erat dari sebelumnya.

Dalam hati Yoongi mengutuk dirinya sendiri karena terlalu bodoh melakukan tugasnya sebagai seorang kakak. Membiarkan adiknya larut dalam kesedihan sendirian.

"Maafkan aku." Gumamnya.

Tiba-tiba Yoongi merasakan tubuh Jimin memberat. Isakannya masih terdengar, "Kau butuh istirahat, ayo tidur." Lontar Yoongi.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang