43

544 84 7
                                    

Vote+komen😊

~

"Americano dingin satu."

Yoongi menyempatkan diri untuk mampir di kedai kopi seberang kantor. Mungkin dengan minuman favorit akan dapat menjernihkan segala rumit pikirannya belakangan ini.

Berencana akan mendiami taman kompleks perumahan sembari mempertonton anak-anak yang berlarian bermain disana. Berharap jika hal yang sederhana itu bisa sedikit memberikan ketenangan untuknya.

"Terima kasih." Ucapnya begitu menerima pesanannya. Lantas segera berjalan keluar menuju mobil.

Sepertinya rencana hanya sekedar khayalan saja. Nyatanya jalanan yang macet tidak memungkinkan untuk dapat sampai ke tujuan dengan cepat. Dirinya sudah bisa menebak, gelap akan menyambutnya ketika sampai disana. Sudah tak akan ada lagi anak-anak disana.

Yasudahlah. Apa lagi yang diharapkan?

Yoongi memutar kemudinya menuju supermarket yang kebetulan sedang dilaluinya. Ingin membeli sesuatu seperti mie instan atau apapun itu untuk dimakan di rumah nanti.

Ketika melalui rak bahan dapur, dirinya tak sengaja melihat daging sapi yang tampak masih segar. Tergiur untuk membeli, Yoongi mengambil cukup banyak dan tak lupa dengan beberapa bahan lainnya.

•••

Yoongi itu manusia penuh gengsi. Memasak sangat banyak porsi untuk disediakan pada adiknya yang pasti akan sangat kelaparan dan melelahkan melalui waktu belajarnya seharian, pikirnya.

Sebenarnya yang tampak selama ini bukan tentang Yoongi yang membenci Jimin, adiknya. Hanya saja Yoongi masih saja berdebat dengan logikanya. Sesungguhnya dirinya benar-benar membenci ibu kandung Jimin setelah mendengar cerita lengkap ayahnya waktu itu.

Lihat saja sekarang ini. Yoongi bahkan rela mengorbankan tubuh lelahnya hanya untuk memasak makanan kesukaan sang adik.

Makanan sudah ditata rapi di meja makan. Dirinya memilih membersihkan diri setelahnya. Meninggalkan ruang itu untuk sementara.

Tidak sampai sepuluh menit dirinya sudah kembali. Melirik jam yang menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Sudah cukup lama waktu makan malam terlewat, namun Jimin belum kembali.

Padahal dirinya bisa saja makan lebih dulu dan menyisihkan nanti untuk adiknya. Namun dirinya merasa tidak ingin saja. Berpikir jika tidak ada salahnya untuk makan bersama.

Suara klakson mobil menarik Yoongi untuk segera menyusul ke depan. Sempat penasaran siapa yang mendatangi rumah ini malam-malam begini. Alhasil sekarang raut wajahnya seketika berubah setelah mendapati mobil Hoseok dan adiknya yang keluar dari sana.

"Oh hai Yoongs!" Sapa ceria Hoseok membuatnya mendengus kesal.

"Kak Hoseok, terimakasih." Jimin melebarkan senyumannya. Tampak manis sekali.

"Sama-sama, adik kecil." Balas Hoseok tak kalah semangat.

"Kakak ini, aku sudah sering bilang kan jangan memanggilku seperti itu lagi? Kenapa masih saja," Hoseok tertawa renyah menanggapinya.

"Aku sudah besar tahu! Kalau teman-temanku mendengarnya bisa habis aku, kak." Tambah Jimin semakin merengut. Tawa Hoseok semakin kencang.

"Tenang saja, kakak akan panggil begitu ketika tidak ada temanmu saja."

"Ish sama saja!"

Yoongi hanya diam saja melihat obrolan hangat kedua orang tersebut. Dalam hati mengumpati mereka berdua karena mengacuhkan dirinya begitu saja.

"Iya-iya, kakak minta maaf ya."

Ketika tangan Hoseok terangkat hendak mengusak puncak kepala Jimin, Yoongi menepisnya. Matanya tatap Hoseok dengan pandangan mengintimidasi.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang