15

818 183 46
                                    

Vote dulu ya guys!

Di taman belakang rumah, tak biasanya anak dan ibu tersebut duduk berdua dalam diam. Duduk bersebelahan pada bangku dengan sedikit jarak. Awalnya sang ibu yang tak sudi duduk disana hanya ingin berdiri jauh dari sang anak.

Entah kenapa permintaan anak itu dengan mudahnya ia turuti untuk tetap duduk disini dengan kalimat lainnya, "Sekali ini saja, ibu."

"Aku tahu kau mendengar semuanya." Mulai nyonya Park menaruh kebingungan dari sang anak.

"Ya?"

Pandangan nyonya Park fokus ke depan, memandang tanaman hias berisikan banyak jenis bunga. Wajahnya sangat kaku. Jika diperhatikan, arti dari tatapan itu kurang mengenakkan. Tak bersahabat.

"Apa kau ingin tahu sesuatu?" Tanya wanita itu seraya menoleh, meminta jawaban dengan satu alis terangkat.

Yang sebenarnya ia tak memerlukan hal semacam itu.

Si bungsu hanya terdiam tak berniat menjawab. Ia benar-benar kebingungan dengan kalimat yang terlontar tersebut. Jauh didalam lubuk hatinya sedang merasa was-was jika sewaktu-waktu ibunya kembali mengamuk seperti biasa.

"Kau bukan anakku."

Hanya tiga kalimat namun mampu membuat seluruh kinerja otot di tubuh Jimin terhenti seketika. Bahkan nafasnya tertahan tanpa ia sadari.

Sang ibu berucap tanpa aba-aba dan keraguan. Satu fakta yang sudah mati-matian dihindari Jimin akhirnya terdengar juga. Sungguh, ia tidak ingin mendengar apapun tentang hal ini, tidak bisa dipercaya.

"Ibu tidak perlu bilang begitu jika membenciku. Ibu bisa bersikap seperti biasanya. Jangan bilang begitu. Kumohon!" Balasnya dengan nada bergetar menahan tangis. Namun pada akhirnya tetap tumpah juga setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

"Kau memang bukan anakku, Park Jimin. Kau sudah mendengarnya bukan? Di mobil waktu itu, aku tau kau mendengar semuanya." Ungkap nyonya Park semakin membuat Jimin merasakan sebuah palu menghantam telak hatinya. Perih sekali mendengarnya secara langsung.

"Ti-tidak, aku tak tau apapun. Jangan bercanda ibu."

Nyonya Park memutar bola matanya kesal. Benar-benar tidak peduli sedikitpun dengan keadaan si bungsu yang sudah banjir airmata seraya terus menggeleng.

"Apa aku pernah bercanda padamu?"

Pertanyaan itu total membuat Jimin bungkam. Jangankan bercanda, Mengucap kalimat basa-basi saja ibunya tidak pernah. Seperti yang kalian tahu, hubungan mereka tidak baik sedari awal. Ah tidak, bukan mereka. Hanya ibunya saja yang tidak pernah baik padanya.

"Aku ingin kau menjauhi Yoongi dan cari keberadaan ibumu itu. Jangan pernah mengusik keluargaku lagi, kau bukan siapa-siapa di atas rumah ini."

Tatapan nyonya Park kian menajam menghunus pandangan Jimin hingga ia kembali merasakan sayatan di hati untuk kedua kalinya.

"Aku akan berbaik hati kali ini. Kau bisa tinggal disini sementara selagi mencari. Tapi kuingin kau tetap menjauhi anakku. Jangan racuni pikirannya, kau membuat anakku sendiri membenciku.—

Jimin terisak semakin menjadi. Tangan kecilnya menutupi seluruh wajahnya, sungguh tak sanggup lagi memandang sosok yang ia kira adalah sang ibu kandungnya selama ini.

—setelah kau menemukannya, pergilah sejauh mungkin. Tidak usah kembali. Kau paham, Jimin?"

"Tidak! I-ibu, aku.."

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang