Up cepet hari ini, sebagai ganti kelamaan up sebelumnya. Semoga suka ya🥰
•••
Ketika selesai memeriksa keadaannya, Jimin segera menghentikan dokter muda itu sebelum dia sempat berbicara pada Yoongi. Sang kakak menegur, namun Jimin cuek saja.
"Aku boleh pulang 'kan? Tubuhku sudah baik-baik saja, dokter."
Dokter itu sempat melirik Yoongi sekilas. "Besok anda sudah boleh pulang."
Jimin mendesah lelah. Alisnya mengerut tak terima. "Kenapa tidak sekarang saja?"
"Jim." Tegur Yoongi tak menyukai respon jengkel dari adiknya itu.
"Aih kakak! Tidak mau disini, aku ingin pulang." Rengeknya seperti bocah kecil. Yoongi hanya menggeleng pelan melihat kelakuan adiknya.
Setelahnya fokus pada sang Dokter yang terlihat sedang menahan senyumnya karena sempat merasa gemas oleh tingkah pasiennya itu. "Jadi bagaimana dengan keadaannya, dokter?"
Dokter bernametag Kim Seokjin itu berdehem. "Dari hasil pemeriksaan semuanya sudah baik-baik saja. Luka di perutnya juga mulai membaik berkat kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan sehingga mengalami penyembuhan yang tergolong cepat."
"Berarti harusnya aku sudah boleh pulang hari ini, dokter." Sela Jimin disana membuat Yoongi tak habis pikir.
"Malam ini anda harus menginap dahulu untuk menghabiskan infus terakhir." Jelas sang dokter agar remaja itu mengerti dengan maksudnya.
Yoongi yang tadi berdiri lumayan berjarak, menghampiri Jimin. Mengusap punggung kecilnya dengan lembut. "Menginap semalam lagi tak apa bukan? Ada kakak yang menemanimu disini."
"Yasudah." Jawab Jimin dengan wajah tertekuk cemberut. Yoongi yang melihatnya menahan gemas dengan mengusak puncak kepalanya.
"Kalau begitu saya pamit keluar." Yoongi mengiyakannya dan tak lupa berucap terimakasih seraya membungkuk sopan membiarkan pria berjas putih itu keluar dari ruang inap. Diikuti pula oleh Jimin.
"Kak." Dibalas deheman singkat. Sekarang Yoongi malah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Tak berapa lama ia mulai mengangkat pandangannya karena Jimin tak lagi bersuara setelah memanggilnya.
"Kau ingin sesuatu?" Tanya Yoongi mengalihkan perhatian Jimin dari lamunannya.
"Aku..." Jimin menggantung ucapannya. Pikirannya bergelut sejenak memikirkan yang ingin ia katakan. Mempersiapkan jawaban untuk jaga-jaga jika Yoongi bertanya terhadap keinginannya.
"Katakan saja."
Jimin mengerjab cepat menyakinkan dirinya. "Itu, eum— apa tawaranmu dulu masih berlaku, kak? Aku menginginkannya." Ucapnya ragu-ragu. Melihat cara Yoongi berekspresi membuatnya takut.
"Yang mana?" Yoongi rasa dirinya terlalu banyak berkata hingga melupakan kalimat yang dimaksud adiknya. Hanya janji dan janji tanpa pembuktian. Mengingat itu membuatnya kecewa pada dirinya sendiri.
"Aku tidak mau tinggal di rumah itu lagi." Nada kalimat terdengar pelan, pertanda bahwa ia merasa cemas setengah mati mengutarakan hal itu. Tapi inti dari permintaannya belum terlontar.
Dengan segenap jiwa yang sebenarnya tidak siap, Jimin terpaksa melakukannya. "Jadi aku ingin pindah darisana. Kakak mau membantuku?" Pupilnya menatap Yoongi dengan takut-takut.
Yoongi terkejut. Dengan gerakan cepat ia bangkit mendekati Jimin seraya mengancungkan telunjuknya tepat di bibir. Seolah mengatakan agar sang adik menghentikan ucapannya.
"Ada ayah di depan." Bisik Yoongi.
Tentu saja Jimin panik, begitu pula dengan Yoongi. Tingkah Jimin berubah gelisah yang sangat kentara. Yoongi menenangkannya dengan menepuk bahunya pelan.