20

775 164 18
                                    

Tolong kritik yang tidak jelas. Makasi semua♡

Pada akhirnya, Yoongi mengalah demi adiknya. Memang uang itu tidak seberapa baginya. Ia bekerja, mendapatkan uang dan bisa memberikan berapapun itu.

Tapi bukan itu titik permasalahannya. Baginya Jimin masihlah remaja yang tidak seharusnya memegang banyak uang. Yang ia takutkan hanya pergaulan adiknya.

Baik atau tidaknya tergantung dari pertemanan. Bodohnya, Yoongi tidak mengetahui siapa saja teman-teman Jimin.

Ia hanya mengenal Taehyung seorang karena anak itu sudah sedari kecil bermain bersama. Beberapa minggu belakangan, ia baru tahu bahwa adiknya juga mempunyai seorang sahabat di sekolahnya.

"Katakan dulu siapa nama teman yang kau bicarakan kemarin." Desaknya sebelum benar-benar memberikan kemauan sang adik.

Memang seharusnya dirinya mengetahui siapa yang diajak oleh adiknya itu.

"Jeon Jungkook." Jawab Jimin tentu penuh kebohongan. Memakai nama anak Sora adalah jalan utama. Toh, dia juga akan menjadi adiknya nanti.

"Dimana alamatnya?"

"Di-

"Tulis disini!" Potong Yoongi menyodorkan selembar kertas beserta pulpen. Jimin kelabakan memikirkan jawaban.

"A-aku tidak tau alamat pastinya. Tapi dia bilang masih di sekitar pantai sana."

Yoongi menjadi curiga karena kegugupan yang terdengar. "Kau berbohong?"

"Tidak, aku tidak bohong." Ekspresi panik kentara terlihat.

Yoongi semakin yakin dengan pikirannya. "Kalian dekat, bermain bersama tapi kenapa kau tidak tau dimana dia tinggal? Aku tidak akan mengizinkanmu berteman dengannya lagi."

"Kak!" Protes Jimin mengerut tak suka. Bukan, lebih tepatnya tidak terima karena rencananya akan gagal begitu saja.

"Apa? Orang tidak jelas tidak seharusnya ditemani hingga bermain bersama entah kemana. Jika kau tak bisa kuhubungi, aku harus mencari kemana?"

Jimin diam, memang ucapan itu ada benarnya. Tapi ia masih memikirkan cara yang bisa membantu.

"Biar aku yang menghubungi. Kalau perlu setiap 30 menit akan kuberi kabar. Janji!" Ujarnya memberikan pinky promise.

"Kau tidak akan melakukan itu."

"Aku akan. Percaya padaku." Jimin masih berusaha membujuk.

Yoongi tak merespon. Melanjutkan kesibukannya.

"Kak! Ayolah! Setelah ini aku harus pergi."

Yoongi menghela nafas, "Masih tak ingin beritahu?"

"Aku sungguh tidak tahu, kak! Astaga!"

"Kalau begitu nomor ponsel temanmu? Biar kuhubungi."

Jimin cepat-cepat menggeleng panik. "T-tidak ada juga. Kami janjian di suatu tempat."

"Kalau begitu biar kakak yang akan mengantarkanmu."

"Jangan kak. Aku tidak mau, aku bisa berangkat sendiri."

"Kalau begitu tidak usah pergi kemana-mana. Dirumah saja, okay?" Final Yoongi total menyibukan diri berusaha untuk tidak terganggu oleh pembicaraan lagi.

"Aish!" Jimin berjalan ke kamar dengan sebal. Menghentakan kakinya dengan kesal hingga menciptakan suara.

Yoongi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan adiknya tersebut.

Suara langkah kaki terdengar kembali. Yoongi acuh saja karena ia pikir adiknya kembali karena berubah pikiran dan menerima tawarannya. Namun nyatanya langkah kaki itu terdengar menjauh menuju arah pintu.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang