28

572 108 3
                                    

Maap gaje. Vote sebelum baca😘
Maap update tengah malam😂

Enjoy~

.

Pagi ini kediaman Park terasa aneh. Sang kepala keluarga yang tiba-tiba meminta sarapan bersama membuat suasana menjadi canggung. Sebab biasanya diisi oleh tiga orang tanpa Jimin seorang.

Satu lagi, sarapan yang biasanya diisi dengan obrolan ringan tergantikan oleh keheningan.

Mata sipit Yoongi mencuri pandang ayahnya dan sang ibu bergantian. Terniat dalam hati ingin mengatakan sesuatu.

Dia berdehem sebelum memulai. "Aku menyewa sebuah rumah tak jauh dari sekolah Jimin. Nanti sore aku akan pindah kesana dan membawa Jimin bersamaku."

Hampir saja Songmin tersedak mendengarnya. Alisnya menyatu, tidak suka dengan pernyataan itu. Lantas tangannya membanting sendok hingga berbunyi dentingan keras.

Jimin tertunduk. Makanan di piring yang masih lumayan banyak, hanya bisa dipandang saja. Nafsu makan sudah hilang tergantikan rasa takut. Dalam hati terus merapal doa supaya kemarahan ayahnya tidak meledak, walau sebenarnya percuma.

Dari ekspresi ayahnya sekarang saja sudah menjelaskan hal apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Tidak boleh! Lagipula kenapa kau tidak bilang padaku sebelumnya?" Protes Sunmi menyela.

"Kenapa juga kau membawa anak ini," Ujarnya melirik sinis pada Jimin.

"Siapapun tidak ada yang bisa meninggalkan rumah ini." Barulah suara berat ayahnya yang mengintimidasi keadaan.

"Aku sudah menduga respon ayah yang begini. Lagipula aku tidak membutuhkan persetujuan ayah atau ibu." Ujar Yoongi menyimpan bekas makan ke wastafel yang ada di ruang itu.

"Rumah ini sedari dulu sudah tidak nyaman. Aku tidak betah lagi disini."

"Kalau begitu kenapa tidak sendiri saja? Jimin tetap disini," Ucap ayahnya yang membuat Yoongi memutar bola matanya dengan malas.

"Biar adikku mati di tanganmu, begitu?"

"Yoongi! Apa-apaan kau ini!" Tegur Sunmi.

Songmin sudah berdiri dari duduknya. Memperlihatkan raut marah yang amat kentara. Namun hanya tetap terdiam melirik anak sulungnya itu.

Sedangkan orang yang menjadi dalang perdebatan hanya tertunduk takut dalam keterdiamannya. Kedua tangannya saling meremat dengan kegelisahan.

"Apa aku pernah mengajarimu berbicara seperti itu, Park Yoongi?" Nada halus namun begitu menusuk ditujukan Songmin pada Yoongi. Saat ini ia berusaha keras untuk menahan diri agar tak meledak menghadapi anaknya yang akhir-akhir selalu membantah ucapannya.

Sebab, selama ini Yoongi selalu menjadi anak baik. Apapun yang diminta pasti akan dituruti oleh anak itu.

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Membiarkan adikku dirumah ini dengan dua monster jahat tidaklah bagus. Maka dari itu, aku berusaha untuk menyelamatkannya."

"Apa yang kau bicarakan?"

Yoongi menatap ibunya dengan pandangan menantang. Senyuman kecil tercetak di bibirnya. "Sepertinya kau melupakan kejahatanmu hingga menyebabkan adikku harus masuk rumah sakit dan dioperasi," Ungkapnya dengan santai.

Sunmi gelagapan. Matanya bergerak gelisah menatap semua yang ada disana termasuk Jimin. Seketika ekspresinya diubah semarah-marahnya menatap anak sulungnya dan Jimin bergantian.

"Kau menuduhku, Yoon? Anak itu pasti telah menjelek-jelekan diriku kepadamu." Matanya beralih pada Jimin. "Apa saja yang kau katakan hah!"

Jimin tetap merunduk dalam diamnya. Jemarinya bergerak gelisah sembari terus-menerus dikepal erat.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang