Walau gaje, jangan sampe bosen ya ges.
Tysm♡
.
Semua memang tak selalu berjalan sesuai rencana. Tuan Park memukul setir setelah berbincang sengit dengan putra sulungnya. Harapan yang akan membawa Jimin harus berakhir karena ucapan anaknya itu menohok hati.
Yang diinginkannya adalah membawa Jimin sebelum wanita itu menemukannya.
"Apa aku harus ke kantor Yoongi saja?" Monolognya sembari menghidupkan mesin mobil. Melaju pelan membelah jalanan daerah Busan yang sedikit ramai.
Setelah berpikir panjang akhirnya tuan Park memilih untuk mendatangi kantor pusat yang menjadi lokasi kerja Yoongi dalam beberapa minggu ke depan.
Siapa tau dengan menemuinya secara langsung, dirinya bisa mendapati keberadaan si bungsu disana.
•••
Yoongi mendekati Jimin yang sudah terduduk santai di ruang tengah. "Hyunjin menghubungimu tadi. Kakak bilang saja kau tidak sedang dirumah."
Tersentak, Jimin menatap cemas pada sang kakak. "T-terus, dia bilang apa?"
Khawatir bila Hyunjin akan mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya kakaknya ketahui. Bagaimana jika pria itu memberitahu tentang Sora?
"Hubungi dia kembali nant." Yoongi menyerahkan ponsel Jimin.
Jimin menghela nafas lega sebelum akhirnya mengangguk. "Kalau begitu aku ke kamar dulu ya kak." Pamitnya segera beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari Yoongi.
Namun sepertinya Yoongi tidak membiarkannya. Masih ada yang harus ia tanyakan. Karena itu ia menahan lengan Jimin dan menariknya untuk kembali duduk.
"Hyunjin siapa? Kakak baru dengar."
"T-teman seangkatan di sekolah. Y-ya karena aku jarang bergaul dengannya." Jawab Jimin gugup. Yoongi sedetail itu untuk mengenal orang di sekitarnya.
Respon Yoongi hanya mengangguk saja. "Kau tidak jadi pergi bersama siapa itu, Ju-jungkook? Atau mau pergi bersama kakak saja?" Alihnya pada pertanyaan lain.
Ragu-ragu Jimin mempertimbangkan tawaran itu. Tiba-tiba ia teringat sang ayah yang sempat menjadi perdebatan sebelumnya. "Bagaimana dengan ayah?"
"Tidak tahu, tapi kakak tidak yakin jika kau memaksa pergi bersama Jungkook itu."
"Maksudku, ayah marah padaku?"
"Ayah tidak marah. Jangan khawatir." Bohong, tentu. Mana pernah pria tua itu bersikap lembut terhadap adiknya.
Jimin memasang wajah ragu. Rasanya tidak memungkinkan bagi ayahnya untuk membiarkannya begitu saja. Ayah Park sangat egois, dia mungkin sedang merencanakan sesuatu saat ini.
Yoongi melihat raut cemas itu segera berkata, "Kakak bersungguh. Ayah bilang tidak apa asal menurut pada kakak." Menenangkan atas nama ayahnya yang jelas-jelas tidak pernah mengatakan hal demikian.
Hanya sekedar untuk mengenyahkan perasaan takut adiknya. Raut itu kentara sekali, membuat hatinya menjadi tak tenang. Seakan hal itu adalah sesuatu yang dapat menghancurkan hidupnya.
Senyuman terbit dari bilah bibir Jimin. "Kalau kakak senggang, bisakah kita pergi ke pantai?
"Bukankah katamu juga ingin ke pantai temanmu itu?" Yoongi hanya bertanya. Jika pun Jimin menginginkan bersama temannya, ia tetap tidak akan mengizinkannya begitu saja.
"Bersama kakak saja. Dia bisa lain kali."
Jawaban singkat adiknya sukses membuat Yoongi tersenyum manis. Paling tidak Jimin mengetahui bahwa dirinya sedang bahagia kala tawarannya disetujui.