35

487 88 4
                                    

Abaikan typo🤧

•••

Semenjak bertemu dengan ibu kandungnya setelah beberapa bulan—terlebih dengan kecanggungan bagai orang asing—Jimin hanya diam saja bahkan ketika Taehyung sedang asik berceloteh tentang bocah tiga tahun yang barusaja mereka temui. Tanpa pemuda itu tahu saja bahwa anak kecil itu adalah adik Jimin sendiri.

Ibu Taehyung datang sembari membawa nampan yang berisi makanan serta minuman. "Maaf ya, hanya seadanya saja."

Mau tak mau Jimin mengangguk, memberikan senyuman. Mata sipitnya memandang wanita yang persis mirip sekali dengan Taehyung itu. Memperhatikan sosok itu yang jauh berbeda dengan terakhir kali dirinya temui, 5 tahun lalu. Sekarang tampak begitu kurus dan pucat.

"Baru kali ini Taehyung bawa teman. Namamu siapa nak?"

"Mama, dia Jimin."

Wanita itu terkejut mendengar celetukan Taehyung. "Jimin? Astaga, mama hampir tidak mengenalmu. Maaf ya sayang," ucapnya.

"Kau sudah besar ya, tampan pula."

Jimin tersenyum malu, menundukkan kepalanya. Ia kembali mendongak ketika Ibu Taehyung berpindah posisi di sampingnya. Tangan kurus wanita itu mengelus punggung Jimin.

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku selalu baik. Mama bagaimana?" Hanya dibalas dengan senyuman. Jimin tak bisa untuk tidak balas tersenyum.

"Taehyung selalu cerita tentangmu. Mama bersyukur Taehyung memiliki teman akrab di Seoul."

"Selama sekolah Taehyung tidak pernah bawa teman kemari atau pergi keluar sekedar bermain, dia selalu dirumah."

Jimin mendengar sembari terus menatap Ibu Taehyung yang tak henti-hentinya menceritakan tentang Taehyung. Wanita itu sekarang tersenyum kecil, tangannya mengusap bahu Jimin. Memang selalu menganggap anak itu sama seperti anaknya sendiri.

"Mama masih tidak menyangka bertemu denganmu."

Jimin tersenyum, ia memeluk wanita itu. "Aku juga." Ia begitu merindukannya.

Saat di Daegu, ibu Taehyung selalu perhatian padanya. Karena Jimin selalu bermain ke rumah sebelah, tepatnya rumah keluarga Kim—wanita ini selalu memperhatikannya. Kala itu Jimin selalu ditinggal sendiri di rumah tanpa makanan, sebagai penghibur rasa laparnya anak itu memilih bermain bersama Taehyung.

Tapi ibu Taehyung mengetahuinya ketika Jimin kecil selalu memegang perut kecilnya di sela bermain. Awalnya saat ditanya kenapa, ia berbohong.

Seiring berjalannya waktu perutnya terasa sangat lapar hingga sulit untuk menahan lagi, ia mulai jujur. Mengatakan bahwa dirinya kelaparan, dan sejak itulah ibu Taehyung selalu memberinya makan setiap menjelang sore.

Tentu saja kebaikan wanita itu tidak bisa dilupakannya begitu saja. Jimin terlalu menyayanginya.

"Maaf ya sayang kalau tidak nyaman, rumah mama tidak sebesar dulu." Ucap ibu Taehyung setelah melerai pelukan mereka. Dia sedikit terkekeh kecil untuk mengusir rasa tak nyaman.

"Tentu tidak. Aku tidak mempermasalahkannya, mama."

"Baiklah. Mama akan masak sesuatu untukmu, kau tunggu disini oke?"

Taehyung sedang mengunyah kudapan melirik, "sampai besok Jimin disini kok, mama tidak perlu takut dia akan pergi dari sini." Seolah tahu maksud dari kalimat ibunya.

"Aku akan menginap, ma. Boleh?" Jimin menatap penuh harap.

Ibu Taehyung memukul bahunya main-main. "Apa yang kau bicarakan, tentu saja boleh. Kalau bisa setiap hari juga tidak apa-apa." Jawabnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang