Yoongi terpaksa berangkat bekerja lebih lambat dari biasanya hanya karena Jimin mendadak demam setelah ia temukan di gudang dalam keadaan tidak sadar. Ia yakin bahwa ayahnya lah yang menyebabkan Jimin begini.
Adiknya kedinginan semalam hingga suhu tubuhnya menjadi naik dan juga mengadu pusing padanya.
"Jam sepuluh kakak harus berangkat ke kantor. Surat izin sekolah Jimin juga sudah dikirimkan."
Jimin hanya mengangguk saja meresponnya. Pandangannya bahkan tidak beralih dari jendela yang sedari tadi ia pandangi. Ingin belajar, Yoongi melarangnya untuk saat ini.
"Jimin marah?" Kali ini Jimin menggeleng dan dibalas helaan nafas panjang dari Yoongi.
"Terus kenapa diam? Atau Jimin mau makan sesuatu?"
"Aku masih kenyang."
Tidak ada suara setelahnya. Keduanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Yoongi pun tak berniat mengatakan apapun lagi. Netra sipitnya hanya memperhatikan segala ekspresi yang terpampang di wajah adiknya. Dan yang ia temukan sekarang adalah tampang kosong dari sana.
Tidak dapat diartikan dengan jelas. Namun satu yang Yoongi mengerti, bahwa ada sedikit masalah yang saat ini mengganggu adiknya.
Berdehem sejenak agar tidak terlalu mengejutkan Jimin yang masih dalam lamunan.
"Hei. Kakak tau ada sesuatu yang kamu pikirkan. Bisa beritahu kakak?"
Berpindah duduk di tepi kasur dengan Jimin yang duduk bersandar. Jimin menoleh, menatap lekat pada Yoongi yang balas dengan senyuman tipis.
"Aku hanya ingin dibantu dalam belajar." Jawabnya.
Masih itu yang ia inginkan. Bukannya Yoongi menolak untuk membantu. Hanya saja ia tak ingin Jimin terlalu serius dalam belajarnya hingga melupakan kegiatannya yang lain.
Seperti yang Taehyung ucapkan padanya tempo hari saat tak sengaja bertemu di sekolahan. Taehyung memberitahu semua yang Minhyun katakan pada Yoongi. Satu pertanyaan dari Taehyung berhasil membuat Yoongi bungkam.
"Jimin selama di Seoul baik-baik saja 'kan, kak?"
Hanya pertanyaan sepele karena jawabannya bisa ditanyakan langsung pada Jimin. Entah kenapa pertanyaan itu justru tertuju padanya dan membuat Yoongi hanya bisa mengangguk pelan mengiyakannya.
Tidak mungkin ia menceritakan semua.
"Beritahu aku kenapa tiba-tiba minta diajarkan? Ada yang terjadi sebelumnya?" Tanya Yoongi dengan serius.
"Tidak bisa ya?"
"Bukan begitu. Jawab dulu!"
"Emang tidak boleh kalau aku minta diajarkan?" Tanya Jimin.
Lelah. Yoongi menghela nafasnya. Ditanya malah balik nanya. "Jimin..."
Yang bersangkutan tidak mengerti dengan peringatan Yoongi barusan. Dirinya hanya menatap penuh keinginan dengan puppy eyes yang tanpa sengaja diperlihatkan. Persis sekali seperti Jimin kecil dahulu.
Tanpa sadar Yoongi menanggapinya dengan senyuman tipis. Merasa senang dan lega di waktu bersamaan. Adik kecilnya sudah kembali.
Yoongi berdehem. "Baiklah." Menyerah, mata itu melelehkannya. Sangat menggemaskan baginya.
"Tapi jangan lakukan seperti kegiatan kamu yang dulu. Belajar sesuai jam yang kakak atur dan istirahat setelahnya. Tidak ada lagi acara melewatkan waktu makan. Bisakah?"
"Tentu saja!" Jimin menjawabnya dengan anggukan antusias tanpa keraguan. Membuat Yoongi tersenyum gemas mengusak puncak kepalanya.
"Okay, sekarang Jimin harus istirahat." Jimin dituntun agar berbaring dan membenarkan letak selimut.