•••
Yoongi segera menepikan mobilnya setelah melihat beberapa stand makanan di tikungan sebelum memasuki komplek perumahan tempat tinggalnya.
"Jim, kakak mau beli makanan dulu."
Jimin yang memang sudah terbangun, hanya mengangguk dan melirik ke arah stand. "Aku titip kue beras ya kak.."
"Baiklah. Tunggu sebentar, oke?"
Jimin hanya memandang punggung kakaknya yang semakin menjauh setelah menyebrang jalan.
Hening melanda, ponselnya berbunyi. Jimin merogoh kantong sakunya.
Jimin terdiam kaku melirik sebuah nama kontak panggilan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, nama 'bunda' terpampang pada panggilan masuk.
Sempat berpikir untuk membiarkan saja, tapi instingnya berkata lain. Jarinya tergerak menggeser ikon hingga suara halus nan lembut itu menyapa indranya.
"Nak.."
Jimin diam. Netranya memandang Yoongi yang ada seberang jalan.
"Bisakah kesini sebentar? Bunda ada di sebelah kirimu."
Dengan gerakan reflek Jimin menolehkan kepalanya. Benar saja, ada Sora yang berdiri disana bersama Jungkook yang ia gandeng. Hanya berjarak sekitar dua puluh meter dari mobil.
"Tolong ya nak, jangan hindari bunda untuk kali ini."
Jimin sempat diam sejenak, masih dengan mata memandang sang ibunda. "Tunggu sebentar, aku akan bilang kak Yoon dulu. Takutnya nanti mencariku." Ucapnya pada akhirnya.
Jimin hendak mengakhiri telepon itu andai saja tak mendengar sahutan cepat dari sana.
"Jangan! Eum— maksud bunda, tidak perlu. Hanya sebentar, tidak sampai lima menit. Bunda janji."
Jimin mengernyit dahi. Lagi-lagi melirik Yoongi yang masih berada disana bersama kumpulan pelanggan lainnya. Sepertinya kakaknya itu memang masih lama lagi untuk kembali.
"Baiklah." Putus Jimin mengakhiri panggilan dan melangkah cepat menuju wanita paruh baya itu.
Dan Jimin merasakan perasaan asing ketika menerima senyuman lembut dari wanita itu ketika ia menghampiri. Lalu pandangan Jimin jatuh pada Jungkook yang mendongak bingung menatapnya. Menggemaskan sekali.
"Bagaimana kabarmu?"
Jimin mengangguk pelan. "Baik." Jawabnya.
"Bunda boleh memelukmu?"
Awalnya Jimin merasa aneh dengan ucapan wanita tersebut. Namun tak urung membuatnya mengangguk kecil walau sedang kebingungan dengan permintaan aneh sang ibunda.
Simple saja, padahal beliau bisa saja melakukannya tanpa harus meminta izin.
Tapi ketika mengingat kembali pertemuan pertama mereka, Jimin paham sekaligus merasa bersalah. Ia jelas ingat bagaimana dirinya yang menolak mentah-mentah pelukan wanita ini waktu itu.
Pelukannya hangat sekali. Jimin menumpukan kepalanya pada bahu itu. Tangannya sudah tergerak ingin membalas, tapi harus dipaksa terhenti ketika Jungkook merengek sambil menarik-narik baju sang ibunda.
"Bunda.. Koo ngantuk.."
"Astaga, maafkan bunda ya sayang. Sini, ayo bunda gendong."
Jimin hanya memandanginya dalam diam. Memperhatikan bagaimana lembutnya wanita itu memperlakukan anak kecilnya. Jimin tiba-tiba merasa iri karena tak sempat merasakan hal yang sama.
"Jimin.." awalnya sang pemilik nama tak mendengar. Namun setelah usapan lembut di bahunya, ia segera tersadar dan melihat sebuah senyuman simpul terbit dari bibir Sora.