Kalian tau writer block? Nah, aku lagi di fase itu sekarang. Asli bener-bener nguras pikiran banget. Pen cepet ending tapi otak ga sejalan.
Jadi maap ya teman-teman🤧
•••
Selamat baca!
•••
Sejak saat itu, ketika berada dirumah, Jimin selalu mengurung diri di kamar. Tujuannya agar tak bertemu dengan ibu dan Yoongi tentu saja.
Rasanya begitu canggung walau untuk sekedar menatap mereka. Jimin sadar posisinya.
Sudah beberapa hari terakhir dirinya melakukannya dan sekarang Jimin berasumsi jika Yoongi memang sedang marah padanya. Padahal kamar mereka bersebelahan dan Yoongi tampak selalu di rumah, tapi tidak sama sekali mendatanginya bahkan untuk sekedar bertanya.
Karena Yoongi yang biasanya begitu cerewet. Tidak keluar sehari saja dari kamar, mulut kakaknya itu akan mencerocos bak rapper.
Tok tok tok!
Jimin terkesiap melirik bingung pada pintu yang masih terkatup itu. Takut-takut cemas memikirkan siapa yang ada di balik sana.
"Jimin.."
Ah tidak. Memang harapannya saja yang terlalu tinggi. Ternyata suara perempuan lah yang ada disana. Suara yang begitu ia kenali, sang ibu.
Jimin lekas memutar kunci dan membuka pintu. Ia disambut senyuman hangat nan menenangkan dari wajah cantik nyonya Park itu.
"Yoongi bilang kau tidak pernah keluar selain pergi sekolah, jadi ayo ikut ibu belanja saja daripada berdiam diri di kamar."
Dalam diam Jimin tak menyangka jika gerak geriknya diperhatikan oleh kakaknya. Apa maksudnya? Bolehkah ia berharap jika Yoongi masih peduli padanya?
"Tapi bu, aku..."
"Tinggalkan dulu kesibukanmu sebentar. Ibu ingin membeli bahan-bahan dapur karena akan memasak banyak untuk makan malam nanti. Ayahmu akan pulang sore ini."
"Benarkah?"
Sunmi mengangguk serta tersenyum. "Ayo kita berangkat sekarang, setelah itu kita akan jemput ayahmu."
Jimin tersenyum lebar. Ia mengangguk antusias mengiyakan. "Akhirnya.."
Sunmi pikir kalimat itu bertujuan rasa syukurnya terhadap kepulangan Songmin dari rumah sakit. Padahal tidak, Jimin mengatakan hal itu karena waktunya telah tiba.
Mungkin setelah ini dirinya akan segera mengabari bundanya.
•••
Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam untuk berbelanja, akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit. Jimin menangkap presensi Yoongi yang sudah datang lebih dulu. Mungkin sepulang bekerja, pria itu segera menyusul kesini.
"Ayah, ayah sudah sehat?"
Songmin terkekeh kecil mendengar kalimat yang ditanyakan bungsunya. Padahal anak itu barusaja masuk. Bukannya menghampiri dulu baru bertanya.
"Sudah. Tapi kaki ayah masih sedikit kaku untuk dipakai berjalan."
"Pakai kursi roda saja, ayah."
Yoongi menyahut. "Harusnya tetap dipaksa berjalan agar tidak semakin kaku."
Songmin mengangguk mengiyakan, tangannya melambai menyuruh Jimin agar mendekat.
"Kakakmu benar. Jadi bantu ayah ya."
Jimin segera mengalungkan lengan besar sang ayah ke pundaknya. Membantunya untuk berjalan walau sedikit kesusahan dan tertatih. Jimin tak masalah, malah ia merasa senang bisa membantu.