29

477 91 4
                                    

Selamat membaca♡

.
.

"Benarkah, ayah? Ayah tidak bohong?"

Songmin menggeleng, menyematkan sedikit senyuman simpul. "Untuk apa ayah melakukannya jika tidak menyayangimu."

"Aku masih belum bisa percaya ini." Gumam Jimin menepuk-nepuk pipinya.

Rasanya memang aneh ketika ayahnya tiba-tiba bersikap baik setelah sekian lama.

"Tidak apa-apa," kepalanya diusak kecil. "Ayah terlalu jahat padamu selama ini. Wajar saja kau belum bisa mempercayainya. Maaf ya,"

Jimin buru-buru menggeleng. Hatinya terlampau bahagia mendapat perhatian kecil yang sejak dulu dirinya inginkan. Karena itu senyum lebarnya terukir indah.

"Tidak ayah, tidak perlu. Yang terpenting sekarang adalah ayah telah menyayangiku. Terimakasih,"

Songmin hanya tersenyum sembari memperhatikan detail wajah kecil Jimin yang tersenyum lebar tiada henti.

"Ayah, apa aku boleh memelukmu?"

Sempat tidak ada jawaban yang dirinya berikan. Namun melihat tatapan penuh pengharapan itulah yang membuatnya tanpa melebarkan kedua lengannya.

Tanpa menunggu lama, tentu saja Jimin segera menghambur memeluknya dengan erat. Seakan-akan pelukan hangat kali ini akan hilang esok hari.

"Terimakasih ayah." Gumam Jimin. Matanya menyorot sendu dan bahagia bersamaan. Entah bagaimana seharusnya dirinya mengekspresikan perasaan. Ini sungguh membingungkan.

"Bisakah kau meminta kakakmu untuk membatalkan kepindahan kalian? Ayah hanya tidak ingin anggota keluarga ini jadi berpencar."

"Ayah," Jimin merenggangkan dekapan. Menatap ayahnya penuh rasa bersalah. "Sebenarnya aku yang meminta kak Yoongi untuk pindah dari sini. Maaf."

Songmin terdiam sejenak. Sempat menatap Jimin penuh intimidasi, lalu segera merubahnya kala menyadari sesuatu.

"Kenapa?"

Jimin tidak ingin menjawab. Jadi dirinya hanya diam menunduk memperhatikan jemari kaki di bawah sana.

"Nak, ayah bertanya padamu."

Suara lembut ayahnya mengalun lagi. Matanya memanas mendengar nada halus itu, namun sebisa mungkin menahan untuk tidak menangis.

"Beritahu ayah, apa yang mengganggumu hum?"

Jimin sudah tidak bisa menahan tangisnya, hingga terdengar isakan kecil. Songmin mendengarnya melirik bingung.

"Hei, kenapa menangis?"

"Ayah.." tanpa bisa melanjutkan kalimat, Jimin kembali menghambur ke pelukan ayahnya hingga membuat pria dewasa itu tersentak.

"Aku takut pada ibu, ayah. Ibu bilang akan membunuhku jika tidak segera pergi dari sini. Aku-aku tidak bisa pergi jika tidak bersama kak Yoongi. Ayah, maafkan aku.."

Songmin terdiam. Dalam hati ada rasa tidak percaya, namun otaknya menyakinkan bahwa anak ini tidak mungkin berbohong. Mengingat bagaimana sikap istrinya itu terhadap Jimin.

Kedua tangan Songmin tergerak memegang bahu Jimin hingga meregangkan dekapan anak itu. Tangisnya kian tak berhenti dan terus meracau minta maaf karena takut jika sang ayah marah.

"Ayah akan memaafkanmu jika kau jujur. Luka diperutmu waktu itu, apa ibumu yang melakukannya?"

Jimin awalnya tidak ingin menjawabnya. Membuat Songmin terpaksa mengancam sesuatu yang bisa membuat Jimin menghentikan acara diamnya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang