13

752 186 22
                                    

Suara deru mobil yang mendekati pelataran milik keluarga Park refleks membuat kedua pemuda sekolahan yang masih setia disana memperhatikan kendaraan beroda empat berupa taksi. Semakin dekat dan terhenti.

Wanita paruh baya keluar dari kursi penumpang, diikuti sang supir yang kemudian lari ke bagasi mobil dan menyerahkan beberapa tas belanja pada nyonya Park.

"Terima kasih." Ucap Wanita tersebut dengan ramah. Dibalas anggukan, dan taksi pun melesat pergi.

Disaat nyonya Park menghadap ke depan, lebih tepatnya ke arah depan rumah- ia berjalan semakin cepat agar segera mencapai dua anak yang sempat membuatnya kebingungan sedari dalam mobil. Bertanya-tanya siapa kira-kira yang menanti di depan rumahnya-.

"Selamat sore, ibu." Taehyung, pemuda itu membungkuk sopan sembari tersenyum ramah dengan senyuman kotaknya. Sapaannya pun terdengar sangat akrab, kedekatan keduanya tentulah tidak diragukan lagi.

Pemuda tinggi disampingnya, Minhyun juga ikut membungkuk menampilkan senyumannya dengan canggung. Tentu dirinya tak begitu tahu wajah dari wanita di depannya ini karena tak pernah bersua sebelumnya. Dalam pikirnya yang bertanya-tanya pun menebak, mungkin orang tua Jimin.

Respon nyonya Park pertama kali yaitu terkejut, kehadiran Taehyung di depannya membuat dirinya tak bisa menyembunyikan raut senang miliknya. Barang belanjaan tadi ditinggalkan begitu saja dan meraih pemuda itu untuk segera dipeluk.

"Taehyung, bagaimana bisa kau ada disini? Wah sudah lama sekali kita tak bertemu, ya.." Ujar nyonya Park setelah melepaskan pelukan singkat.

Kekehan singkat menjadi balasan. "Papa ada proyek di sini, ibu. Kami bertiga harus pindah karena mama tidak mau berjauhan dengan papa."

"Tentu, nyonya Kim tidak bisa jika sehari saja tidak bertemu papamu. Kau tahu? Dia itu terlalu khawatir jika papamu beralih pandangan." Canda nyonya Park tertawa, begitu pula dengan Taehyung.

"Ah orangtuamu. Bagaimana kabar tuan Kim dan nyonya Kim? Ah sekarang aku merindukan ibumu, Tae." Ujar nyonya Park diiringi tawa malu.

Sedekat itulah mereka, saling menyapa dengan hangat dan pembicaraan yang terkesan akrab. Minhyun sendiri hanya diam mendengarkan dengan tampang tak mengerti.

Lama pembicaraan berlanjut yang berhubungan masa lampau, pada akhirnya nyonya Park mempersilakan mereka untuk masuk.

"Eh ini Minhyun, bu. Sahabat Jimin di sekolah dan kini juga menjadi temanku." Ujar Taehyung diakhiri kekehan malu. Obrolan bersama ibu Jimin membuatnya tak menyadari adanya Minhyun di antara mereka. Terlalu larut dalam pembicaraan.

Minhyun membungkuk begitu nyonya Park menatap kearahnya. Wanita tersebut tersenyum sangat ramah.

"Sudah lama berteman dengan Jimin, ya? Kenapa tidak pernah kemari?"

"Ah ya, Jimin selalu sibuk dengan belajarnya jadi kami jarang main bersama, bi-bi." Balas Minhyun gugup dengan panggilannya pada wanita cantik di depannya.

Nyonya Park tertawa pelan, "Tidak buruk juga. Kau bisa memanggilku ibu ataupun bibi, senyamanmu saja."

Ramah sekali, ibu Jimin sangat baik dalam menanggapi orang yang baru bertemu pertama kali. Dilihat dari wajah, Minhyun dapat menebak bahwa wanita tersebut memang selalu ramah pada semua orang. Suara lembutnya membuat Minhyun berpikir betapa beruntungnya Jimin memiliki seorang ibu seperti nyonya Park.

Tak tahu saja bagaimana hubungan diantara ibu dan anak tersebut. Mungkin Minhyun tak akan sudi memuji.

"Ibu lupa! Kalian tunggu sebentar disini, ibu akan buatkan minuman dulu."

Sebelum sempat beranjak tentu saja dengan sigap Taehyung menolak. Niat mereka awalnya hanya untuk bertemu Jimin. Dan Taehyung ikut karena ingin kembali bertemu keluarga Jimin, dan Jimin sebagai peran utamanya tentu saja.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang