22

699 153 71
                                    

Sorry bgt baru up setelah 3 bulan lamanya🙏😭
Mungkin kalian udh lupa alur atau gmn , aku minta maap🥲 Mikirin lanjutannya sulit bgt, kadang mood jg ga nentu. Maap lagi..




Happy reading😍

.

"Jim." Yoongi menghadap Jimin begitu selesai bertukar pesan pada salah satu temannya.

Jimin setengah mengantuk, jadi hanya merespon dengan gumaman kecil. Dalam beberapa menit lagi mungkin dirinya akan menyusuri ruang mimpi jika saja Yoongi tidak memanggil.

"Kita turun di pemberhentian selanjutnya, jangan tidur dulu hum?"

Seharusnya melewati tiga halte lagi untuk menuju penginapan. Jimin bahkan tidak mengingat itu. Dirinya hanya mengangguk serta membuka mata lebar-lebar untuk menghalau kantuknya dalam beberapa waktu.

Lima menit setelah Yoongi bersuara, bus berhenti. Yoongi menepuk pelan bahu adiknya, isyarat segera turun.

"Kak, dimana ini?" Suasana di sekitarnya berbeda. Ia tidak mengenali lingkungan daerah ini. Halte ini juga bukan tempat pemberhentian mereka lusa kemarin.

"Kita mampir sebentar, kakak ada keperluan."

Lantas dahi Jimin mengerut, "Yasudah, aku tunggu disini saja ya." Ia menguap lebar. Walau sedikit kesal karena tak diberitahu sebelumnya. Tapi apa daya, mau protes rasanya percuma. Kantuknya lebih menguasai saat ini.

"Kakak pergi saja, tapi jangan lama-lama." Setelah itu dirinya mengambil duduk. Menutupi kepalanya dengan tudung hoodie kebesaran yang ia kenakan.

"Mana bisa begitu. Ikut kakak saja ayo." Lengan Jimin diraih.

"Aku ngantuk sekali, sungguh. Aku akan tidur sebentar disini selagi menunggu." Bahkan untuk berbicara saja dirinya bisa bernada lirih. Untung saja masih dapat didengar kakaknya.

"Apa tidak bisa ditahan sedikit lagi? Alamatnya tidak jauh dari sini." Jimin menggeleng pelan. Kepalanya bersandar pada tiang. Matanya mengerjab lesu.

"Hei, kalau begitu ayo naik." Yoongi berjongkok di depannya dengan posisi membelakangi.

"Aku tunggu disini saja."

Yoongi menghela nafas. Sedikit susah menghadapi adiknya yang keras kepala ini. Tidakkah dia berpikir membahayakan jika tidur di sembarang tempat. Terlebih sekarang sudah cukup larut, tak banyak lagi orang yang berlalu lalang.

"Naik saja, cepat."

"Tidak mau, merepotkan. Kapan pulangnya jika kakak masih disini? Cepatlah." Tangan Jimin menghalau Yoongi yang masih setia di depannya. Namun Yoongi bergeming, kepalanya terputar menatap Jimin yang sudah menutup mata.

"Kakak tidak mau ambil resiko jika membiarkanmu disini sendirian." Tanpa banyak kata lagi, Yoongi segera meraih lengan Jimin dan mengeratkan di leher.

Dengan tubuh yang sama besarnya, Yoongi sedikit kesusahan mengangkat beban di punggungnya. Namun ia berhasil menjaga keseimbangan. Jimin tidak seberat itu.

"Kalau nanti pegal-pegal jangan salahi aku ya.." lirih Jimin di telinganya.

"Kalau mau tidur, tidur saja." Titah Yoongi. Tidak tega melihat adiknya jadi kelelahan sebegininya. Yang bahkan membuka mata saja terasa sulit.

Sebelum mendengar kata Yoongi, Jimin sudah terlelap lebih dulu. Dengan posisi yang bisa dikatakan tidak nyaman karena gerak-gerik melangkah. Karena kantuk berat hal tersebut menjadi tidak masalah.

Yoongi menghela nafas panjang. Di depannya kali ini tampak tangga yang jaraknya cukup jauh untuk sampai ke atas sana. Berharap supaya memiliki tenaga yang cukup untuk melaluinya.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang