1

1.8K 284 255
                                    

Happy Reading!!

Jimin membereskan semua buku tulis yang berserakan di atas mejanya. Selesai sudah kegiatan belajarnya yang menguras tenaga kerja otak dan juga otot panggulnya akibat kelamaan duduk. Berjam-jam duduk di bangku dengan penuh konsentrasi cukup menguras energi nya.

"Hai Jimin!" Suara ceria menyapa indranya. Jimin menoleh dan mendapati Minhyun, sahabatnya.

Minhyun berbeda kelas dengannya. Setiap harinya, atau bahkan setiap jam di lingkungan sekolah, Minhyun selalu menyempatkan diri untuk bertemu.

Bahkan setiap saat pulang sekolah, Minhyun selalu mampir ke kelas. Entah mengajak main, makan atau pulang bersama.

Jimin tersenyum, tangannya kembali sibuk pada ranselnya. "Aku disini."

"Ah hari yang melelahkan!" Adu Minhyun menghempaskan bokongnya pada bangku di samping Jimin.

Sekarang, keadaan kelas ini sudah sangat sepi. Hanya mereka berdua yang menghuni.

Setiap pulang sekolah, Jimin selalu berada di kelas untuk berkutat penuh dengan buku yang selesai ia pelajari. Tergantung banyaknya materi. Hingga semuanya terhenti karena kedatangan sahabatnya tersebut.

Pernah beberapa kali Jimin melakukannya hingga jam 10 malam, di perpustakaan. Hanya sedikit orang yang berada disana saat malam.

Untuk Minhyun, ia hanya mengekori Jimin saja sebagai teman yang baik katanya. Kadang kalau sedang mood, ia juga ikut belajar bersama. Ada waktunya pula hanya sekedar menemani dan membantu persoalan yang ia ketahui.

Minhyun bilang, Jimin itu maniak belajar. Bukan tanpa alasan. Lebih tepatnya, Jimin dipaksa untuk terus-terusan belajar hingga selalu melupakan kebutuhan tubuhnya.

Makan dan istirahat.

"Sudah makan, Jim?"

Kegiatan rutin bagi Minhyun untuk selalu menanyakannya. Seringkali ia mempergoki keadaan Jimin yang terlihat pucat penuh keringat di pelipisnya karena kekurangan asupan gizi di tubuhnya.

Setiap ditanya, jawaban Jimin selalu berbeda dengan reaksi tubuhnya yang melemas.

"Sudah kok."

Walau Minhyun tau bahwa jawaban selalu sama setiap kali ditanya, hal itu sama sekali tidak dapat membuatnya bosan.

"Ayo kita makan di Cafe depan sekolah. Katanya ada menu baru, mari kita coba!"

Jimin menggeleng pelan. Menyandang tas berat yang berisi penuh buku ke punggungnya. Manik sipit hitamnya memandang Minhyun dengan tatapan tak enak hati.

Jimin juga sadar bahwa ia terlalu sering menolak ajakan teman tampannya itu. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya pun tidak bisa meluangkan waktunya hanya untuk hal yang tidak penting.

"Maaf, Minhyun. Tapi aku harus cepat-cepat pulang hari ini."

Bahu Minhyun terlihat jatuh melemas. Bibirnya melengkung ke bawah dengan tatapan juga tak kalah menyedihkan. Memandang ke arah Jimin dengan memohon.

"Yah-sebentar saja, Jim. Hanya makan saja, habis itu kita pulang. Ayolah~"

Jimin berpikir kembali. Sebenarnya ia juga tak ingin menolak ajakan Minhyun dan dirinya juga takut akan menerima kemarahan kedua orangtuanya. Memang faktanya Jimin diminta untuk pulang lebih awal hari ini.

Dengan alis mengkerut, Jimin menghela nafas panjangnya. Sudut bibirnya tertarik keatas hingga menampilkan senyum manisnya. Hanya kali ini, tidak apa 'kan? Lagipula ia pikir mungkin tak apa jika pulang sedikit lambat.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang