Hari ini sesuai kata dokter, Jimin diperbolehkan pulang setelah melepas infusnya. Saat ini dirinya tengah menanti Yoongi yang sibuk mengemas beberapa barang yang sempat dibawa.
Jimin ingin sekali membantu, tapi seperti yang kalian pikirkan. Ia dilarang, Yoongi juga berkata bahwa barang tidak banyak. Jadi tidak membutuhkan bantuan apapun.
"Mau mampir makan dulu sebelum pulang?" Tawar Yoongi diangguki Jimin dengan cepat.
"Aku ingin ayam goreng pedas."
"Tidak ada yang pedas-pedas untuk hari ini hingga seminggu besok." Tegas Yoongi. Jimin cemberut kesal mendengarnya. Matanya yang sipit menatap Yoongi tak suka.
"Sebagai gantinya aku akan mentraktir ice cream. Bagaimana?"
"Setuju!" Yoongi tersenyum mendengar teriakan semangat adiknya. Ia menenteng bawaan dengan sebelah tangan, sebelah lagi terulur ingin membantu sang adik berjalan.
"Aku bisa, kak." Tolak Jimin menyingkirkan lengannya. Yoongi menurut saja, ia hanya terlalu khawatir. Tapi melihat raut Jimin yang terlihat baik-baik saja, ia merasa lega.
•••
Tok tok tok!
Ketukan ribut terdengar dari pintu utama. Jimin yang sedang dikamarnya segera turun susah payah. Perutnya masih terasa ngilu untuk bergerak lebih.
Dirumah tidak ada siapapun selain dirinya. Ayah dan ibunya tidak tahu kemana, ia belum melihat mereka beberapa hari semenjak dirawat. Dan Yoongi kembali ke kantor setelah mengantarnya pulang ke rumah.
Knop pintu terbuka, ada Taehyung beserta Minhyun disana.
"Kau baik-baik saja, Jim? Bagaimana dengan lukamu? Kak Yoon bilang kau dirawat dua hari di rumah sakit?"
"Kenapa tidak mengatakannya pada kami huh!"
Deretan pertanyaan Taehyung dan kekesalan Minhyun membuat Jimin cengengesan. Ia merindukan keduanya karena tidak bertemu selama liburan ini.
"Maaf, ponselku hilang." Jawabnya singkat. Mengingat ponselnya yang masih tidak ia ketahui keberadaannya hingga saat ini. Jimin juga tak lagi mempermasalahkannya.
"Astaga, Park Jimin! Kau membuatku khawatir!" Gerutu Taehyung kesal.
Jimin tertawa membuat perutnya kembali merasa ngilu. "Aku sudah baik. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku."
Minhyun melirik sebal. Tangannya bersedekap di dada. "Aku membawakan cheesecake."
Taehyung mengangkat tangannya yang membawakan dua tentengan. "Aku juga bawa sup daging." Ujarnya mengangkat sebelah tangan yang lain.
Jimin menyingkir dari pintu, mempersilahkan keduanya untuk masuk. Tentu saja duo tamu itu melangkah masuk dan segera menghempaskan diri pada sofa.
"Sepi sekali. Kau sendirian?" Tanya Minhyun celingukan.
"Begitulah." Jimin berjalan masuk lebih dalam untuk mencapai dapur. Mengambilkan minuman berserta alat makan yang akan digunakan.
Jimin tak terlalu curiga terhadap kedua sahabatnya yang tidak banyak tanya mengenai lukanya. Ia malah merasa bersyukur untuk itu. Dirinya tidak perlu mencari alasan untuk menjawabnya.
Mereka makan diselingi canda tawa. Hingga kedatangan seseorang mengacaukan keadaan.
"Wah ada Taehyung dan Minhyun rupanya. Sejak kapan?" Suara wanita itu refleks membuat Jimin menurunkan pandangannya. Tak berani menatap wanita itu.
"Ah, ibu. Sekitar setengah jam yang lalu." Ucap Taehyung mewakili. Ia tersenyum canggung.
Dalam diam Minhyun memperhatikan tingkah laku Jimin yang tampak tak biasa.