16🥛

22.6K 6K 3.3K
                                    

dikit lg greget loh










16. Pdkt








"Dibuang?" beo Ical di rumah Nathan sore itu saat pulang sekolah. Ketiga temannya menatap layar hp Ale dengan ekspresi tak percaya.

"Kasian ya," ucap Gibran.

"Lagian naroh makanan di luar," kata Nathan. "Bodoh."

"Terus taroh mana nyet? Depan muka abangnya yang galak??" tanya Ale heran. "Lo pada jangan ngeledekin gue, gini tuh dibantu, diarahin yang bener gimana."

"Terlanjur salah arah sih," gumam Ical.

"Nggak lucu sih," Ale tersenyum sambil melempar bantal ke arah Ical. Ia kemudian tengkurap sambil mengacak rambutnya. "Arghh tuh cewek bikin orang gila suer,"

"Le, lo nyangka nggak sih bakal suka sama orang kayak Dilla?" tanya Ical. "Jujur sampe sekarang masih nggak percaya."

"Sama," Gibran mengangguk.

"Biasa aja," tukas Nathan.

"Iya nggak sih," Ale menggaruk rambutnya. "Gue juga aneh."

"Lo yakin seratus persen suka sama dia, Le?" tanya Ical. "Kalo enggak anak orang jangan dibikin baper, ya walaupun Dilla kebal."

"Apaan dah," decak Nathan. "Kalo nggak yakin ada rasa ya jangan mundur,  maju terus buat mastiin. Tolol."

"Setuju," Gibran mengangguk. "Jangan jadi pengecut ngehindar terus."

"Langsung diserang gue," Ical tersenyum pahit.

Ale yang sedang melamun dengan wajah cengo langsung mengerjap saat Nathan mencolok matanya. Bukannya marah ia marah duduk dan menghadap Gibran.

"Bran, serius nanya," Ale memajukan wajahnya otomatis Gibran memundurkan tubuhnya.

"Kok Dilla bisa suka sama lo?" tanya Ale dengan ekspresi serius.

"Gue ganteng?" gumam si kalem itu membuat suasana heninh sesaat.

"AHHHH ELAHHH YANG BENER."

"Tapi emang bener sih, Le."

"ARGHH."




🍰🥛🍰🥛🍰🥛






"Dilla suka novel horor, jam istirahat dua biasanya ke perpus. Lo bahas soal itu aja dia mau nyantol."

Ale berdiri di depan ruang perpustakaan tepat di jam istirahat kedua. Dia sampai tiga hari begadang setelah membeli novel horor lalu membacanya hingga habis yang alhasil kesulitan tidur.

"The Calk Man... orang-orangan kapur jadi kode rahasia terus nemu mayat dimutilasi," Ale menggaruk dahinya untuk mengingat lebih dalam. "Eung... Boneka Sandya bonekanya bisa idup terus diangkat jadi anak,  Dracula karyanya... siapa? Bran?"

"Kak Ale, mau masuk apa berdiri di situ terus?"

Ale berbalik badan, ternyata dia masih berdiri di depan pintu perpus. Beberapa adik kelas sampai meledekinya karena bicara sendiri seperti orang gila. Ia langsung membuka pintu dan masuk sambil cengengesan.

"Eh," Ale menahan salah satu adik kelas. "Kalo masuk harus pake kartu?"

"Iya, Kak Ale udah ada member belum?" tanyanya.

Ale menggaruk alisnya sambil nyengir. "Belum,"

"Pake punya aku aja mau?" tawar adik kelas tersebut. Kesempatan bisa cari perhatian sama senior ganteng.

What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang