34🥛

19.6K 6K 3.3K
                                    

Ini timelinenya sama persis kayak LP, waktu nayya ketemu ale itu malemnya mereka makan malem bareng nathzi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Ini timelinenya sama persis kayak LP, waktu nayya ketemu ale itu malemnya mereka makan malem bareng nathzi. ga 5 tahun pas, hampir 6 tahun kemudian.

so umur mereka kisaran 23-24








34. Bandung



Ting tong!


Dilla yang sedang menonton film menoleh, ia beranjak sambil membawa bungkus cemilan. Membuka pintu dengan tangan kirinya dan terkejut melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Kenapa muka lo kayak gitu?"

"Bunda...?"

"Gini ya sikap lo sekarang?"

Dilla mengulum bibir, menunduk melihat perut yang ukurannya melebihi normal itu. "Anak siapa itu?" tanyanya pelan.

"Menurut lo?????"

Banyak kejutan minggu ini...


Dilla dan Nayya duduk berdua di sofa, memandang layar tv yang hitam. Setelah hampir satu jam membahas dan menjelaskan banyak hal yang cukup mengejutkan Nayya.

"Lo tiba-tiba ngilang 5 tahun yang lalu, Abang lo bilang Dilla ke luar negeri buat sekolah. Ternyata selama ini lo tetep di Indo, tapi nggak pernah ngasih tau kita??"

Dilla tak berani menatap Nayya, ia menunduk dan menautkan jari-jadinya. "Iya, Bun."

Nayya menegakkan badan, ia menatap Dilla yang akhirnya mau mendongakan kepala. Ia usap rambut sahabatnya itu, membayangkan seberapa sulit hidup anak ini karena dihadapkan dengan berbagai masalah.

"Kenapa gue nggak bisa jadi salah satu orang yang seenggaknya lo percaya kalo gue nggak bakal ninggalin atau ngejauh?"

Dilla langsung menunduk sambil menggeleng. Bibirnya mulai bergetar menahan tangis. "No..."

"5 tahun lo hidup di kota lain, cari uang sendiri, hidup sendiri, ngehindarin orang-orang yang kenal sama lo karena mikir kita bakal benci sama masa lalu lo, terus sekarang yang lo dapet apa?" lirih Nayya.

Dilla menggeleng lagi, ia mulai terisak pilu. Bahunya sampai bergetar dan wajahnya memerah. Setelah sekian lama menyimpan luka dan menangis sendirian, kini ia bisa menunjukan kelemahannya di hadapan orang lain.

Nayya menyender lagi, ia menghela napas berat. "Abang lo akhirnya mau cerita ke gue, soal masa lalu lo. Ya harus maksa dulu sih,"

"I know," Dilla menarik ingusnya.

"Padahal kalo dulu lo mau cerita ke gue, nggak akan pernah sekalipun gue mikir lo yang salah, nggak pernah, Dill."

What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang