48 (END)

46.7K 6.9K 5.3K
                                    


huhu kita bakal pisah sama mereka :(((( bye bye semua, ga nyangka dari kisah nayya, terus luna sampe ale yang paling terakhir berjalan lancar semuanya. mereka punya akhir masing-masing.




jadi part terakhir kali ini semoga bisa menghibur kalian!






48. What Are We?





Dilla diam sebentar, kedua tangannya terpaut gugup. Lalu tiba-tiba sebuah tangan mengusapnya, ia mendongak menatap Ale yang melemparkan senyum penuh arti. Seolah semua akan baik-baik saja.

"Ayo," ajak Ale.

Dilla mengangguk, ia membuka pintu mobil dan turun. Begitu pula Ale. Mereka berdua melangkah memasuki rumah besar yang sudah lama tidak Dilla kunjungi sejak 5 tahun yang lalu.


Ting Tong!


"Padahal kalian sering ketemu kan?" tanya Ale, geli sendiri melihat Dilla tidak bisa tenang.

"Gue sering boong soalnya," balas Dilla.

Ale langsung mengangguk. "Kebiasaan lo sih,"

Klek!

Pintu terbuka, Ale sempat heran karena tidak ada orang sampai ia menunduk melihat bocah mungil membuatnya tersenyum. "Oh, di sini."

"Hai Ken," sapa Dilla melambaikan tangannya.

"Dillaaa!" Bocah cilik itu langsung memeluk tantenya. Ale jadi menaikan alis sambil menahan senyum.

"Papah ada?"

"Di dalem, lagi makan sama Mamah."

"Yaudah ayo masuk," Dilla menggandeng ponakannya, ia menoleh pada Ale sambil mengangguk.

"PAHHH, ada onti Dilla!"

Kai yang sedang mengobrol dengan sang istri langsung menoleh antusias, ia pun berdiri, tersenyum melihat sang adik berjalan ke arahnya.

"Bang," Dilla dengan mata berkaca-kaca menghambur ke pelukan Kai. Ale di belakangnya mengangguk memberi sapa kepada wanita di belakangnya.

"Bocah bandel," tukas Kai sambil memeluk Dilla erat.

"Sorry," Dilla tertawa kecil.

Kai mendongak, menautkan alis melihat Ale berdiri di belakang adiknya. "Sama dia lagi?" bisiknya membuat Dilla tertawa.

"Gue denger, Bang," balas Ale memaksakan senyum.

"Sengaja," balas Kai melepas pelukan mereka. Ia kemudian menatap Ale dari atas sampai bawah dengan tatapan mengintimidasi.

"Kan, aturan gue nggak usah ikut," bisik Ale pada Dilla. "Ada yang lagi laper."

"Masuk dapur, gue masak." ujarnya membuat mereka tertawa.

Dilla kemudian tersenyum dan mengajak berpelukan istri abangnya. "Kak Briva apa kabar?" sapanya. Karena terakhir kali mereka bertemu setengah tahun yang lalu.

"Baik banget Dilla ya Tuhan, tega banget baru dateng hari ini..."

"Semoga dimaafin ya,"

"Nggak kalo nggak nginep, enak aja kamu."

"Ayo masuk," ajak Kai membawa mereka ke ruang tamu. Ale yang masih jaim hanya menurut saja dan menyiapkan mental karena sejak tadi Kai meliriknya.

Mereka berempat sudah menghabiskan lebih dari satu jam mengobrol di ruang tamu. Bagaimanapun keputusan Kai menjadi hal paling penting bagi Dilla karena ia sudah menganggap sang abang sebagai walinya.

What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang