set dah lama bener ga jumpa...gua publish 4 deh, super combo buat kalian.
44.
Ale terus melangkah, tak punya tujuan, ia hanya mau pergi sejauh mungkin karena dadanya sangat sesak. Hatinya juga sakit dan perih.
5 tahun.
Selama itu dia memendam semuanya, mengira akan bisa melupakan namun semakin mengingat.
Lalu sekitar satu bulan yang lalu ia bertemu lagi dengan cewek itu, harapannya naik tinggi, Ale merasa semangat hidupnya muncul setelah sekian lama.
Apalagi saat mereka dekat lagi, Ale sudah membayangkan hal-hal indah ke depannya. Namun, masa lalu terjadi kembali.
Ale berhenti di sebuah halte, sepi di sana. Ia duduk sambil menyentuh dadanya, lalu mulai meneteskan air mata. "Argh anjing," umpatnya sambil terisak. "Sialan."
"Mas? Nggak papa?"
"Ada masalah mungkin,"
"Kasian banget itu,"
Ale tak bisa peduli dengan orang sekitarnya, ia masih menangis sambil menunduk. Tak lama ada sebuah tangan yang meraih bahunya, ia pun mendongak.
"Woi lo kok bisa di sini??" tanya Ical yang baru turun dari bis.
Ale langsung menggeleng. "Capek gue, Cal..." lirihnya.
Ical langsung mengusap bahu Ale, ia tak perlu bertanya apa yang terjadi karena sudah jelas alasannya. Ia pun menarik lengan Ale agar berdiri, memanggil taxi di pinggir jalan untuk membawa kawannya pulang.
Karena Ale belum jauh, taxi sampai cukup cepat. Mereka berdua turun di depan gedung apartemen, kebetulan ada Dilla yang masih menunggu di depan sana. Cewek itu langsung berdiri hendak menghampiri Ale.
"Le,"
"Jangan dulu, Dill," tahan Ical menghadang Dilla. Sementara Ale terus berjalan masuk ke dalam gedung.
"Gue perlu ngomong sama dia," lirih Dilla menoleh melihat kepergian Ale.
"Gue yang perlu ngomong sama lo," ucap Ical. "Demi kebaikan temen gue mending lo jangan temuiin dia dulu deh."
Dilla sempat tersentak, baru kali ini mendengar suara dingin Ical yang cukup menusuk telinganya. Ia sampai kehilangan kata-kata.
"Denger, lo berdua sama-sama sahabat gue. Jadi kalo ada yang salah ya gue ingetin, makanya gue di sini buat ngingetin elo."
Dilla masih diam.
"Gue tau mau Ale bilang berkali-kali dia udah moveon, di pikirannya selalu ada elo. Harusnya nggak perlu gue bilangin lo udah tau kan dia setulus apa? Sesayang apa sama lo??"
"I know," Dilla mengangguk sambil menahan tangis.
"Kok tega sih?" tanya Ical tak habis fikir.
"Kok tega nyakitin orang baik kayak dia? Kurang apa anjir si Ale? Harus seeffort gimana lagi biar lo nggak ngeraguiin temen gue??"
Dilla memalingkan wajahnya, makin malu berhadapan dengan siapapun.
"Oke gue tau, lo punya masa lalu berat yang gue belum ngerti sepenuhnya. Gue, kita, Ale, berusaha memahami elo sampe 5 tahun ini. Tapi kalo lo terus kabur dan ngehindar dari rasa trauma itu, kapan lo bisa bernapas lega hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
RomanceAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...