lu jam set 3 kesini lagi deh25. Jealous?
Dilla membawa pakaian olahraganya menuju kelas setelah berganti ke seragam awal. Karena yang lain ingin ke kantin dulu jadi Dilla pergi ke kelas sendiri.
Dilla membuka pintu kelas, memang selalu ditutup karena ber-ac. Ia meletakkan seragamnya di dalam paper bag, lalu mengangkat tas ke atas meja untuk mengambil botol minuman.
Namun tiba-tiba ia jatuhkan tasnya dengan pekikan kaget.
Dilla melebarkan matanya kaget, tangannya sempat bergetar. Ia menelan salivanya susah payah, membungkuk untuk mengambil tasnya lagi. Memandang kaku sebuah pisau di dalam tas yang datang entah dari mana.
Tubuh Dilla tiba-tiba merinding, pikirannya pun kemana-mana. Ia menunduk sebentar untuk mengusap wajahnya yang nyaris pucat.
"Eh iya anjir aturan jadi kan ya, jadi nggak keluar duit banyak."
"Sumpah kata gue sih cancel aja."
"Jangan lah ego dipikir murah apa??"
Dilla menoleh, melihat teman-temannya memasuki kelas. Sempat melihat Ale yang berjalan menuju mejanya sambil bermain hp. Ia menunduk lagi, masih merasakan tangannya bergetar.
Pisau siapa ini...?
"Eh ini punya gue,"
Dilla mendongak, menatap Nayya yang tiba-tiba mengambil pisau dari tas Dilla. "Kenapa lo masukin sini?" tanyanya sambil terkekeh. "Mau bunuh siapa sih, Mba?"
Dilla tersentak dalam diam.
"Ini buat Mamah, anak kelas sebelah jual jadi gue beliin," kata Nayya. "Kok ada di elo?"
Dilla menggeleng. "Bener punya lo?" tanyanya.
"Heem," Nayya mengangguk. Ia duduk dan mengeluarkan barang lainnya seperti sendok dan gelas. "Mamah maybe suka."
Dill menjilat bawah bibirnya, ekspresinya sudah tidak setegang tadi. Ia kembali duduk dan menunduk dengan tatapan kosong.
🍰🥛🍰🥛🍰
Sudah sepuluh menit lebih Dilla menelungkupkan kepalanya di atas meja sambil memejamkan mata karena semalam ia begadang. Nasib baik jam pertama kosong karena guru banyak yang sibuk mengurus nilai ujian.
"Le, ada yang nyariin tuhhh! Kak Bela!"
Dilla membuka matanya, pertama ia menoleh ke samping memandang Nayya yang sedang membaca novel. Lalu kepalanya perlahan melihat ke arah pintu, sempat melirik Ale yang baru keluar kelas dan bertemu dengan sosok tinggi berambut kerli.
"Nih susu titipan lo," Luna dan Zia yang baru masuk kelas langsung meletakkan susu kotak di meja Dilla.
"Berapa?" tanya Dilla. "Gue pesen empat."
"Iya, itu yang vanilla sisa tiga doang," jawab Zia. "Tadi berapa, Lun?"
"Tiga puluh?" tanya Dilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
Любовные романыAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...