10🍰

22K 5.6K 2K
                                    

hari ini sepaket chapternya, sayang kalo lu baca part 10 doang. jadi gue update double, janji rameein ya.







10. Bu Menteri.





"Woi woi bagi contekan woi!!"


Ale berlari kecil memasuki kelas tepat lima menit sebelum bel jam pertama berbunyi. Ternyata anak-anak sedang sibuk mengejarkan tugas yang dia belum kerjakan juga karena semalam ketiduran.


Gibran yang bukunya menjadi operan para murid diam saja sambil membaca novel. Luna sudah duduk di meja ribut dengan Zia dan Ical, sementara Dilla dan Nayya yang sudah mengerjakan tampak santai.


"Gue baru nomer tujuh woi jangan dibalik!!"

"Ya sabar dong monyet!!"

"Woi ikutan ikutan!!"

"Le apasih dateng dateng langsung rese!"

"Nomer satu nomer satu dulu!"

"Nggak lahhhh!"

"Foto aja foto deh, bentar ya, abis ini nggak gue ganggu."

Usai memfoto buku tugas Gibran ia langsung ke meja dan menyalin jawaban. Tak peduli tulisannya seperti ceker ayam, yang penting segera selesai. Nathan di sampingnya sampai menggeleng heran.

"Masa depan lo suram, Le,"

"Kayak muka lo, Nath."

"Hah akhirnya kelar juga," Luna duduk sambil merentangkan kedua tangannya di atas. "Ih Le sumpah ya tulisan lo nggak bisa dibaca, kayak perasaan dia."


"Dilla dicariin tuh Dill!"

Luna menoleh, memicingkan matanya untuk melihat Dilla yang baru keluar dari kelas. "Le," Ia menepuk lengan Ale.

"Lun, kecoret bodoh!"

"Liat deh si Dilla,"

"Liat sendiri buset ngajak-ngajak orang," gerutu Ale masih fokus pada tugasnya.

Luna mencebik malas. "Kenapa juga gue laporan ke elo," katanya. "Dilla emang lagi deket sama temennya Jaja, ya?"

Ale berhenti menulis, ia sempat mendongak melihat Dilla sedang bicara dengan Junet. Ia sempat menaikan alis, lalu kembali menyalin tugas.

"Palingan," jawab Ale terdengar cuek.

"Hubungan Ale sama Dilla apaan?" Nathan menimbrung.

"Tanya aja Ale," celetuk Luna. "Soalnya gue nggak tau. Ini gue juga bingung kenapa ngerasa mereka berdua ada hubungan, ya?"

"Karena otak lo bermasalah," jawab Ale. "Apa-apa bawa perasaan."

"Setuju," jawab Nathan.

"Kalian aja yang suka ngelak kalo sebenernya juga bawa perasaan," cibir Luna.

"Iyaiin Nath," balas Ale.

"Iya."

Luna pun berdiri dan menunjuk mereke berdua. "Lo ya para cowok, gue bakal ketawa paling kenceng kalo kalian sampe naksir temen gue. Camkan! CAMKAN!"




What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang