47🥛

29.4K 6.3K 2.5K
                                    









47. Decision

Dilla menunggu di depan toko besar milik Ale dan Ical. Ia memperhatikan kurir yang masih keluar masuk membawa dessert. Ia menunduk untuk menatap jam tangannya yang menunjukan pukul delapan.

Dilla langsung berdiri dari kursi saat melihat sosok Ale muncul dari dalam, ia berusaha menguasai diri dan melangkah mendekat.

"Ale!" panggilnya.

Ale sempat menoleh sebelum menyebrang, namun ia kembali menghadap depan dan melangkah sampai Dilla mengejarnya.

"Ale tunggu bentar!" Dilla meraih lengan Ale. "Gue perlu ngomong sama lo!"

Ale tak menyahut, dia menepis tangan Dilla dan lanjut berjalan. Melewati beberapa mobil di jalan raya, dan Dilla tetap mengejarnya dari belakang.

"Ale!"

"Le—aaa!" Dilla termundur beberapa langkah karena nyaris memyerempet mobil. Muncul banyak sekali suara klakson yang membuat cewek itu terkejut bukan main.

Otomatis Ale berbalik badan, ia langsung berlari menghampiri Dilla dan menarik tangan cewek itu kembali ke tepi jalan.

"Please..." Dilla masih sempat-sempatnnya memohon.

Ale menyisir rambutnya ke belakang. "Lo bisa mikir dulu nggak sih sebelum nekat hah?!"

"Gue cuma mau lo—"

"Gue udah nggak mau ngomong sama lo, nggak ada juga yang perlu diomongin. Perlu apa lagi sih hah? Tidur sama gue? Ciuman?? Nggak kuat kah?"

Dilla langsung terdiam, tersentil sekali hatinya mendengar kalimat itu. "Lo pikir gue apa...?" tanyanya pelan.

"Gue yang harusnya nanya, lo pikir gue apa??" tanya Ale meninggikan suaranya. "Mau gini lagi? Datengin gue sambil bawa harapan palsu?"

"Masih nggak percaya kalo gue tulus cinta sama lo??"

Ale menggeleng. "Lo kan selalu tertutup, gue tau apa?? Lo mau apa lagi dari gue?"

"Gue selama ini bukan jadiin lo pemuas nafsu!" Dilla tiba-tiba mendorong dada Ale karena tersinggung dengan kalimat tadi.

Ale sempat termundur beberapa langkah, ia melihat beberapa orang memperhatikannya begitu pula para karyawan toko.

"Gue berusaha ngomong sama lo," Dilla memalingkan wajah. "Jangan nangis please... talk to him, lo bisa." lirihnya pelan.

"Oke gue tunggu lo mau ngomong apa?" tanya Ale memasukan satu tangannya ke dalam kantung. "Gue dengerin cepet,"

Dilla menarik napasnya dalam-dalam. "Ada banyak hal, dan gue bingung harus mulai dari mana," ucapnya. Ia mengepalkan kedua tangannya yang bergetar. "Itu..."

"See? Lo sendiri masih susah terbuka—"

"Nggak gampang Le..." lirih Dilla sudah menahan tangis. "Lo bisa nggak ngasih respon yang enak dikit, Im trying..."

"Lo tuh selalu kayak gini—"

"Lo harus sedingin ini kah?"

What Are We? ( AS 7 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang