37. A day in our lifeHari libur tiba.
Dilla keluar dari apartemennya, kali ini dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya. Mungkin efek beberapa masalah selesai diatasi jadi beban hatinya berkurang.
Dengan pakaian olahraga dia melangkah keluar dari gedung, sudah lama tidak berolahraga pagi begini jadi semangatnya sedikit membara.
"Cieee olahraga,"
Dilla berhenti lari di tempat, ia menoleh mendapati Ale berdiri di depan gerobak bubur ayam dengan kaos hitam dan training coklat.
Sial. Cowok itu makin tampan.
Dilla menghadap depan sambil merentangkan kedua tangannya, berusaha menguasai diri. Bagaimana bisa orang terlihat berkarisma dengan wajah bangun tidur dan rambut acak-acakan.
Wangi khas Ale tercium makin jelas membuat ia menoleh, Dilla tersentak saat cowok itu sudah berdiri di depannya membuat tubuhnya termundur dan nyaris terhuyung, namun tangan Ale menahan pinggangnya lebih dulu.
"Kaget?" tanya Ale dengan posisi sangat dekat.
Dilla mengerjap, ia langsung mendorong dada Ale menjauh. "Mandi dulu sana, jelek banget lo."
Ale nyengir lebar. "Berarti gue lagi cakep banget," katanya. Ia kemudian menenteng bubur ayam di tangannya. "Udah sarapan?"
Dilla menggeleng walau nyaris tergiur. "Gue itu, mau olahraga dulu."
Ale menaikan alis, menatap Dilla dari atas sampai bawah. "Hari ini libur kerja kan ya, enak bener lu."
"Kenapa? Lo mau gue kerja?" tanya Dilla sarkas.
"Kaga buset," Ale tertawa. Ia kemudiaj menempelkan bungkus bubur ayam tadi di pipi Dilla membuat cewek itu mengaduh. "Ayo lari bareng."
"Le!"
"Buru abis itu sarapan!" teriak Ale sudah berlari mendahuluinya.
Dilla menggeleng heran, tapi akhirnya mengikuti cowok itu dan berlari bersama memutari trotoar. Cuaca hari ini cukup sejuk karena matahari belum menyuguhkan cahaya panasnya.
Mereka berdua bukannya olahraga malah kejar-kejaran karena Ale terus usil menempelkan bubur ayam panas ke tangan Dilla.
"Udah Le," panggil Dilla sambil membungkuk. Ia kemudian melambaikan tangannya sebelum dudu di kursi pinggir trotoar.
"Yah cemen," ledek Ale kembali menyusul Dilla dan ikut duduk. "Capek lo?"
"Menurut lo??"
"Yaudah makan dulu gih," Ale menyodorkan bubur ayam yang dibungkus dengan cup. "Lo tim diaduk apa enggak?"
"Diaduk,"
"Sama," Ale terkekeh. "Itu udah keaduk manual karena kita lari tadi, buburnya mandiri Dill."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
RomanceAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...