janji terakhir deh bikin kesel HAHAHAHAHpanjanggg bgt ini agak pegel ngetiknya.
43. Kacau
"Bye Ale, see you di Jakarta!!"
"Bye!"
"Le, kirim salam sama temenmu itu ya jangan lupa!"
"Heem, dah sana sana ketinggalan kereta nanti."
Dilla masih duduk di depan pintu apartemennya, bisa mendengar jelas obrolan mereka di luar karena posisi kamar berseberangan. Ia tak berani menunjukan wajahnya.
Ale tak menghubunginya dua hari ini.
Semenjak kabar soal Ayah pun ia tak keluar dari kamar, tak mau melakukan apapun karena sulit mendeskripsikan perasaannya.
Baik Luna maupun Nayya yang mengajak keluar pun tak ia gubris sampai Luna pulang lagi ke Jakarta. Dilla menghindari mereka lagi, ia hanya mengurung diri di kamar sendirian.
Tak mau egois lagi berharap Ale akan datang menghibur, atau dia datang kepada cowok itu untuk memberi harapan lagi.
Dilla mengaku dia salah, dan tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin butuh waktu untuk mencerna kembali apa yang ia mau ke depannya.
Apakah ia akan stay pada kata hatinya untuk yakin pada Ale, atau tetap menjadi pengecut yang takut memulai kehidupan baru.
Ale pasti sudah lelah dengan kelakuannya. Itulah mengapa ia malu menghadapi cowok itu.
Ting tong!
Dilla mendongak setelah lama menelungkupkan wajahnya di lutut. Ia diam sebentar untuk memastikan apakah tadi bel dari rumahnya.
Ting tong!
Benar, suaranya dari sini.
Dilla langsung berdiri, perlahan membuka pintu dan mendapati kurir berdiri di depannya membuat ekspresi Dilla berubah.
"Ada kiriman dari Bu Nayya ini,"
Dilla menautkan alis. "Nayya?"
"Iya," kata kurir tersebut sambil menyodorkan sebuah paper bag. "Udah dibayar di sana tadi."
"Makasih Mas," Dilla mengangguk dan masuk lagi ke dalam. Membawa makanan tersebut ke dapur dan membuka isinya.
Ada secarik kertas yang tulisannya sangat ia hapal milik siapa.
gue lega luna udah ketemu lo, dia main ke sini semalem. chat gue bales ya cantik, jangan kayak bupati sibuk amat. sampe effort nih ngirim makanan :)) i hope u're okay, i love u.
Dilla menunduk sambil memejamkan matanya, langsung menutup mulut untuk menahan tangis. Ia telah mengacau banyak hal, tak ada yang bisa Dilla lakukan dengan benar.
Kabur dari sahabat-sahabatnya, takut dibenci padahal mereka masih peduli, tak mau memberi kepastian orang yang ia cintai karena takut hal-hal di masa lalu terulang kembali.
Dilla menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dengan air mata menetes. Sudah kesekian kalinya makan sambil menangis.
Ting!
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
RomantizmAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...