heh, sadar ga lu abis cerita ini kelar kalian ga ketemu Ale dkk lagi. mereka ber 8. nangis lho sy nanti kangen kalian
tpp gapapa, thenang. ada Alega Series Phase 2. cielah mcu kali.
nanti penerus mereka adalah... anak anak mereka. dan yang debut pertama nanti sekaligus. (Levi anak Nayya, ada Jihan anak Zia, ada Anara anak Ical, ada Elia anak si Luna.)
anak Ale? lah mana saya tau kok tanya saya jsjsjsj
39. Marta
"Anak kamu nggak bisa di penjara karena umurnya," ucap sosok berseragam yang tampak sudah akrab dengan sang Ayah. "Tapi mungkin dia didrop out dari pihah sekolah."
"Tolong sisanya atur ya Jen, gue serahin sama lo."
"Udah gue kirim rekeningnya, anak lo amanin aja yang penting. Keluarga korban masih ribut,"
Dilla masih duduk di kursi depan sambil memandang jalanan dengan tatapan kosong. Tetap tak melirik saat pintu mobil terbuka dan muncul ayahnya dari luar.
Mobil pun berjalan.
"Puas kamu?" Ayah akhirnya bicara usai lama diam.
Dilla tak menjawab.
"Disekolahin bukannya jadi orang bener," Ayah memukul belakang kepala Dilla sampai gadis itu menunduk. "Bodoh kamu tau? Tolol sekali,"
"Bukan Dilla yang salah,"
"Kamu bunuh orang!" Ayah memukul kepalanya lagi sampai membentur kaca mobil. "Tolol tau kamu? Gini nggak ada Ayah kamu udah membusuk di penjara! Biar kumpul sana sama napi,"
Dilla meremas rok seragamnya, menunduk dengan mata berkaca-kaca. Tak ada yang bisa ia andalkan sekarang.
"Malu Ayah jalan sama kamu, kotor nama Ayah. Mau apa kamu sekarang hah? Jadi psikopat? Bangga?! Jawab hei!"
Dilla memejamkan mata untuk menahan pening di kepalanya. Ia tetap membungkam mulut karena percuma bersuara di depan Ayah.
"Nggak ada yang mau sama kamu Dill, nggak ada yang betah berada di sekitar kamu. Paham hah? Nggak suamimu, temenmu, pacarmu, siapapun! Nggak ada! Takut mereka!"
"DENGER NGGAK?!"
"MEREKA TAKUT SAMA KAMU!!"
Dilla membuka matanya kaget, ia sempat berteriak sambil menangis dengan tubuh kaku. Kedua tangannya meremas sprei kuat-kuat. "No..." lirihnya.
"Dill?"
Dilla menoleh, ada Ale yang terbangun kaget. Langsung meraih bahu Dilla untuk mendekat padanya. "Ada apa?"
"Takut..." Dilla menangis kejar. Memandang Ale dengan tatapan meminta tolong.
Ale tak bertanyaan apapun, ia langsung menariknya ke dalam pelukan, mengusap punggung Dilla pelan. "Gue di sini, nggak papa,"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
RomanceAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...