38. LipPertanyaan selanjutnya, khusus untuk Ale sendiri.
Apakah ia masih memiliki rasa untuk cewek itu?
Tidak ada jawabannya.
Ale memang mengalami masa-masa berat setelah ditinggal pergi, tapi ia juga bisa bangkit lagi dan memulai hidup baru. Mulai mengalihkan perhatian ke hal-hal penting lainnya.
Bahkan hampir lupa, dia dulu pernah dibuat patah hati. Sampai tak minat menjalin hubungan baru.
Lalu mereka dipertemukan lagi, oleh kejadian tak terduga. Ale memang marah awalnya, kenapa baru sekarang muncul? Walau bukan keinginan Dilla bertemu.
Tapi ia termenung, memikirkan, apa yang harus dimarahi? Karena tak akan ada yang berubah dan Ale tak yakin mengharapkan hal tersebut.
Maksudnya, berharap mereka kembali. Dari awal tidak ada yang dimulai, kan.
Jadi, temenan lagi aja. Kayak dulu, memang pernah kenal kan.
Ale tersenyum miring ketika Dilla membuka pintu apertemennya, ia kemudian menenteng plastik berisi makanan membuat Dilla melebarkan matanya.
"Itu apa?"
"Spagheti brulee."
"Buat?"
"Elo dodol,"
Dilla tersenyum senang, langsung meraih plastik tersebut dan masuk ke dalam. Ale mengikutinya ke dapur, menyender pada kulkas dan memperhatikkan Dilla.
Benar orang bilang, seiring berjalannya waktu manusia akan berubah.
"Kerja apa sekarang?" tanya Ale.
"Kenapa nanya?"
"Pertanyaan basic nggak sih?"
"Basic yang sebenernya nggak perlu ditanyaiin."
"Lo dagang sabu ya makanya nggak mau jawab?"
Dilla sempat mendengus geli, ia agak membungkuk untuk mencoba pasta yang dibawakan Ale. "Enak, beli di mana?"
Ale menghampiri Dilla. "Nggak tau tadi nama tempatnya apa," Ia membalik tutup tempatnya. "Apanih bacanya? Berya?"
"Berapaan?"
"Nggak tau tadi, dua ratus berapa—"
"Gila??" Dilla langsung berhenti mengunyah, seleranya agak berubah mengetauhi harga semahal itu. "Lima puluh dapet, Le."
Ale tertawa. "Yakali, ngaco lu."
Dilla menggeleng heran. "Buang-buang uang,"
"Tinggal dimakan aja sih," Ale terkekeh heran. Ia ikut mencomot pastanya. "Orang enak kok, ya emang lumayan harganya,"
"Mending beli dessert lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are We? ( AS 7 )
RomanceAwalnya, Ale yang tengil ini cuma sibuk belajar bagaimana cara menumpuk layer dessert agar rapi bentuknya, eh begitu ketemu manusia jutek nan cuek kayak Dilla, mendadak dia pengen belajar cara menumpuk harapan agar bentuk cintanya rapi. "Dill, sukan...